#tantangan menulis ke-30

#pentigraf 20

Setiap sore, di sekolahku selalu ramai dengan berbagai kegiatan ekskul siswa. Hari itu Marta sedang berlatih musik dengan grup bandnya. Sedangkan Fina berlatih pencak silat dengan teman-temannya. Walaupun mereka sama-sama siswa berprestasi di SMA, tapi aku tahu, diam-diam ada perang dingin antara keduanya. Ada semacam persaingan terselubung.

Fina siswa yang cerdas. Anaknya penyabar dan selalu bersikap baik kepada siapapun, tidak pernah membeda-bedakan teman. Sedangkan Marta secara akademik sebetulnya tak kalah dengan Fina, tapi temperamennya keras. Tak tahu kenapa, akhir-akhir ini Marta tampak kurang suka pada Fina. Apapun yang dilakukan Fina, selalu salah di mata Marta. Contohnya tentang pemilihan jenis ekskul. Fina diremehkan karena memilih silat. Menurutnya silat identik dengan tradisional dan kuno. Sedangkan Marta selalu mengunggulkan kemampuannya dalam bernyanyi serta kekompakan bandnya.

Sore itu Fina sedang berlatih silat di halaman sekolah. Marta menonton di pinggir lapangan. Berkali- kali Marta tertawa sinis setiap melihat gerakan yang dilakukan Fina. Tiba-tiba ada seorang pemuda berambut pirang turun dari motornya mendekati Marta, lalu seketika menarik tasnya dengan kuat. Marta menjerit sambil mempertahankan tasnya. Kaki Marta ditendang hingga jatuh terjerembab. Tas Marta akan di bawa kabur. Tapi belum sempat naik ke motornya, Fina datang dan langsung menendang perutnya. Perkelahian tak terelakkan. Jual beli pukulan terjadi. Tapi dengan kelihaiannya, akhirnya Fina bisa menghentikan perlawanan pemuda berambut pirang itu dengan teknik kuncian jitu, memiting lehernya sampai tak berkutik. Pemuda itu terengah-engah minta ampun. Fina mendekati Marta dan memberikan tasnya. Marta melongo seakan tak percaya apa yang baru saja dilihatnya, belum sempat mengucapkan terima kasih, sekelebat Fina sudah melompat kembali ke arena latihan.

S E L E S A I