#tantangan menulis ke-27

#pentigraf 14

Phasmophobia atau ketakutan berlebihan pada hantu, bagi sebagian orang mungkin kedengarannya aneh, lucu, tidak logis. Tapi tidak denganku. Aku salah seorang yang mempercayainya. Seperti peristiwa yang kualami malam ini. Aku terlalu malam pulang dari kantor, sedangkan jalan pulang ke rumah harus melewati hutan pinus yang sepi. Ini dilema. Mau nelpon istri di rumah tentu saja malu. Satu-satunya cara adalah menunggu motor atau mobil yang lewat dan aku akan membuntutinya dari belakang.

Ada beberapa motor anak muda melintas, tapi aku masih menunggu yang lebih aman. Sekelebat aku lihat ada sepasang bapak-ibu bermasker lewat. Segera aku hidupkan mesin dan membuntuti motornya. Aku bersyukur sekali, akhirnya ada teman di perjalanan. Kupercepat laju motorku, bapak itu menoleh dan menatap wajahku. Tiba-tiba dia tancap gas seperti sedang dikejar setan. Melewati tikungan jembatan tiba- tiba motor di depanku tak tampak. Sejauh mata memandang hanya gelap, tidak ada setitik lampu motor yang terlihat. Ini sungguh aneh, pikirku. Detak jantung tiba-tiba berdegup cepat dan bulu kuduk berdiri. Aku yakin ini bukan ilusi. Sepasang orang bermasker tadi benar- benar ada di depanku. Tapi sekarang hilang tak berbekas, menguap di tikungan jembatan.

Aku sengaja berangkat lebih pagi ke kantor. Aku tak tahan untuk segera menceritakan hal aneh dan menakutkan yang aku alami tadi malam. Kebetulan pagi itu teman-teman ramai bekerumun di ruang lobi membaca koran lokal. Aku hampiri ingin tahu berita hangat apa yang terjadi. Mereka kasak- kusuk dan berkata, ada sepasang suami istri terjatuh ke sungai di tikungan jembatan. Aku perhatikan gambarnya. Astaghfirullah, itu bapak- ibu bermasker yang aku buntuti tadi malam. Bu Endang yang nampaknya kenal dengan korban menjelaskan, " itu Pak Lurah dengan istri simpanannya", katanya. Kami saling pandang dan ternganga. Innalillahi wainnailaihi rojiun.