Kecelakaan baru saja dialaminya saat ia bersama suami dan anaknya mengendarai mobil van berwarna putih hendak mengunjungi mertuanya di Surabaya. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, Ranti beserta anggota keluarganya terlibat tabrakan beruntun di tol menuju Surabaya. Akibat tabrakan beruntun telah memutarbalikkan kondisinya beserta keluarga.

Ranti duduk termenung di teras rumahnya ditemani oleh ibunya. Ranti tak tahu jika Mas Dimas suaminya telah terlebih dahulu menghadap sang Khalik akibat tabrakan beruntun tersebut. Rama anak semata wayangnya yang ikut terlibat kecelakaan baru saja pulih kesehatannya setelah menjalani perawatan beberapa luka yang harus dijahit. Rama harus rela diasuh oleh mbak Rum. Untunglah mbak Rum sangat menyayangi Rama. Kini Ranti hanya terdiam sepanjang hari setelah amnesia menderanya. Tak tahu lagi identitas dirinya. Dokter hanya menyarankan untuk terapi, dan mengingatkan kembali peristiwa-peristiwa yang mampu membangkitkan memorinya.

Terkadang Ranti putus asa bahkan menangis sepuasnya karena ia tak mampu mengingat siapa dirinya, dan apa yang telah terjadi pada dirinya di masa lalu. Untunglah Ibu Ranti sangat sabar mendampingi. Hari ini Ibu Ranti hendak mengeluarkan bantal bersulam pita dari dalam lemari milik Ranti. Kelihatannya berbau apek. Ibu Ranti hendak menjemur bantal bersulam pita berbentuk mawar berwarna pink dan merah. Baru saja Ibu Ranti menenteng bantal bersulam pita, tiba-tiba langkahnya tertahan oleh Ranti. Ranti berurai air mata dan berucap,"Bantal bersulam pita ini hadiah dari Mas Dimas saat ulang tahun perkawinan kami yang pertama". "Alhamdulillah,"pekik Ibu Ranti sambil memeluk anak perempuannya. Ternyata ingatan Ranti mulai pulih kembali.