Sudah sepuluh tahun aku menjalani profesiku sebagai mami baik hati. Mami yang siap meminjamkan uang kepada siapapun yang sedang kesulitan dan membutuhkan bantuan keuangan. Mereka yang membutuhkan bantuan keuangan tinggal datang ke rumah Mami baik hati, kapanpun bahkan di manapun Mami baik hati siap melayani.

Mami baik hati bahkan membuka call center untuk menangani kesulitan keuangan. Sebelum pencairan tentu saja ada sejumlah persyaratan yang harus dipatuhi oleh para peminjam. Mulai dari uang administrasi, jasa yang harus dibayarkan tiap bulan, hingga risiko barang agunan akan disita oleh Mami baik hati jika cicilan beserta jasa tak kunjung dilunasi. Meski jasa yang dipatok oleh Mami baik hati tergolong tinggi, namun tetap saja para peminjam berdatangan. Jika mereka tak dapat melunasi, maka keuntungan Mami baik hati akan berlipat karena barang agunan peminjam disita dan menjadi milik Mami baik hati. Seperti mesin kalkulator yang setia menemani Mami baik hati saat bertransaksi dengan para peminjam. Maka mesin kalkulator siap mengalikan berlipat-lipat dari uang yang dipinjamkan.

Hari ini aku harus pasrah bolak-balik menjalani kemoterapi akibat kanker usus yang aku jalani. Mungkin karena profesiku sebagai Mami baik hati yang selalu siap mengalikan uang pinjaman dengan kalkulatorku, dan uang haram itu setiap hari aku makan. Kini akibat memakan uang haram puluhan tahun, menjadi penyakit kanker usus stadium empat yang siap merenggut nyawaku. Tugas kalkulatorku kini menghitung berkurangnya hartaku untuk biaya pengobatan kankerku yang semakin menipis peluang kesembuhannya.