Gusti Raka adalah putra ningrat dari Tumenggung Dwipayana. Usianya menginjak dua puluh tahun. Wajahnya tampan, kulit putih, dan postur tubuh yang ideal membuat orang tak jemu memandang. Namun sayang perangainya suka berhura-hura menghamburkan harta orang tua. Segala bentuk kenakalan dilakoninya. Mulai dari judi, sabung ayam, hingga mampir di rumah bordil langganannya. Ayahanda sedih karenanya. Keturunan ningrat namun tak mencerminkan perilaku kesatria.

Surti gadis manis anak simbok Rusni, abdi dalem Tumenggung Dwipayana. Usianya menginjak tujuh belas tahun. Ia sangat cekatan membantu simbok dalam semua pekerjaan. Mulai dari bersih-bersih rumah, memasak, bahkan melulur Ndoro Ayu Nimas, istri Tumenggung Dwipayana. Wajahnya yang manis seringkali mengundang tatapan jalang dari Gusti Raka. Tak jarang mencolek bagian-bagian tubuh Surti, hingga Surti ketakutan karena ulah Gusti Raka.

Sudah beberapa minggu Surti muntah-muntah, badan pucat pasi, lemah karena tak mau makan. Simbok Rusni kebingungan karena perubahan kesehatan putrinya. Hingga bulan berganti, perut Surti nampak mulai membuncit. Saat Simbok bertanya, Surti diam seribu bahasa hanya derai air mata sebagai jawaban. Di ujung suasana cemas Simbok Surti atas nasib putrinya, tiba-tiba Tumenggung Dwipayana mengungsikan Surti di padepokan pinggir perkampungan. Kang Sarip abdi dalem didapuk menikah dengan Surti sebagai penutup aib dalem Tumenggung Dwipayana. Kang Sarip hanya pasrah dan sendika dhawuh pada titah Tumenggung Dwipayana sebagai bakti pada Tumenggung Dwipayana, meski sang durjana sebenarnya adalah Gusti Raka putra dari Tumenggung Dwipayana yang kini melenggang tanpa rasa berdosa.