Tiba di rumah Kakek dan Nenek, Reihan disambut dengan pelukan hangat mereka. Kerinduan Reihan pada kampung halaman Kakek dan Nenek kini terobati. Siang itu mereka makan bersama sambil bercerita banyak hal. Reihan menceritakan pengalamannya selama sekolah dan teman-temannya yang baik kepadanya. Reihan sering menceritakan kampung halaman Kakek dan Nenek pada teman-temannya. Di sela-sela mereka bercerita terdengar suara but, but, but but. Seketika obrolan mereka berhenti. Reihan penasaran dengan suara tersebut."Kakek, bunyi apakah itu, nyaring sekali?," tanya Reihan kepada Kakek. "Itu adalah suara burung bubut. Mereka biasanya tinggal di semak-semak dan rumpun bambu di kebun kita," jawab Kakek. Kakek berjanji akan menunjukkan tempat hidup burung bubut tersebut.

Sore hari Kakek dan Nenek mengantarkan Reihan ke kebun. Benar juga suara burung bubut bersahut-sahutan. Lalu Kakek menunjukkan sumber suara itu di semak-semak. Mereka tak dapat melihat langsung karena burung bubut sering bersembunyi menghindari manusia. "Naah, Reihan telah mendengar dari dekat asal suara burung bubut. Mereka adalah hewan yang terancam punah karena perburuan dan alih fungsi hutan. Burung bubut tinggal di tepi hutan, semak, tepi sungai, hingga kawasan hutan mangrove," kata Kakek memberikan penjelasan. "Apakah makanan burung bubut Kek?," tanya Reihan. "Mereka adalah pemakan serangga dan hewan kecil seperti siput, katak, dan lipan," tambah Kakek. "Kasihan ya Kek burung bubut terancam punah?," ujar Reihan sedih. "Betul sekali nak, tugas kita adalah menjaga burung bubut dari berbagai ancaman agar tak punah," tambah Kakek sambil menggandeng tangan Reihan.