Rukmi terdiam dalam simpuh duduknya. Sudah tak terbilang waktu ia habiskan dalam pilu. Rambutnya lusuh, badannya dekil entah berapa lama tak pernah tersentuh air. Sesekali ia mengusap keringat membasahi wajahnya yang tirus. Udara panas memaksa dirinya semakin tak nyaman. Otaknya kosong. Sesekali tangis liris terdengar dari bibirnya. Sesekali ia tersenyum seolah mengenang masa lalu yang indah.

Emaknya hanya dapat mengelus dada sambil melafaskan istighfar. Nasib pilu anak perempuannya yang telah hilang kewarasan membuatnya merasa semakin terpuruk. Sebagai orang tua ia tak tahu harus berbuat apa untuk memulihkan tawa anak perempuan semata wayangnya. Berbagai upaya telah ia ikhtiarkan. Siang ini Pak Kyai Soleh datang menyambangi Rukmi dan memberikan amalan wirid kepada emak dan diusapkan di ubun-ubun Rukmi. Emak membungkuk takzim dan berjanji untuk mengamalkannya.

Malam saat emak membereskan lemari baju Rukmi. Emak terhenyak menyaksikan selembar surat talak dari Hasan, suami Rukmi. Rupanya fitnah bahwa Rukmi berselingkuh dengan tetangga saat Hasan masih di negeri Jiran telah membutakan hati Hasan dan melumat habis kewarasan Rukmi.