riris

Guru SMP 1 Mejobo Kudus...

Selengkapnya
Navigasi Web

TERDAMPAR DI GILI

Aku termasuk salah satu orang yang senang berpetualang mengunjungi tempat-tempat yang indah. Istilah kerennya adalah backpecker. Bersama teman-teman, beberapa tempat wisata aku kunjungi. Dengan berpetualang ke beberapa tempat itu, selain menikmati keindahan alam dan mensyukuri ciptaan Allah, aku juga bisa bertemu dengan teman-teman baru dan mendapatkan pengalaman baru.

Tanggal 30 Desember lalu, untuk menyambut tahun baru, kembali aku dan teman-teman melakukan touring. Perjalanan kali ini kami sepakat menuju ke daerah Jawa Timur. Acara touring ini bisa dikatakan tanpa rencana karena semula kami berencana bertahun baru di rumah salah seorang teman, tetapi rencana berubah. Dengan persiapan seadanya kami berangkat pada 30 Desember pagi. Tujuannya mau kemana? Belum tahu...hehe.. asal berangkat saja. Tujuan awal kami adalah ke Surabaya, karena dari Surabaya nantinya kami bisa menuju ke beberapa tempat yang kami anggap bagus dan belum pernah kami kunjungi.

Sore harinya kami sampai di Terminal Bungurasih Surabaya. Setelah berdiskusi singkat kami memilih menginap sehari di rumah salah seorang teman di Surabaya, kemudian esoknya menuju ke Gunung Bromo. Deal... kita akan ke Bromo. Aku sudah membayangkan alangkah serunya petualangan kami di Bromo nanti. Konon dari cerita teman-teman, di Bromo ada beberapa view menarik yang asyik untuk berselfi ria, juga bisa menikmati sunrise yang sangat indah di sana. Gunung Bromo merupakan tempat wisata andalan di Jawa Timur.

Malam harinya kami habiskan waktu untuk menikmati keindahan ibukota Jawa Timur, kota rujak cingur itu. Esok harinya, kami bangun kesiangan karena kelelahan setelah berputar-putar semalaman. Baru sekitar pukul 10 pagi kami berangkat menuju ke terminal untuk melanjutkan perjalanan ke Probolinggo. Ya... rencananya memang kami akan menuju ke Bromo melewati Probolinggo.

Bromo.... I’m coming.....

Entah sudah diatur oleh Allah, atau memang belum saatnya kami menikmati keindahan Gunung Bromo, sesampai di Probolinggo tujuan berubah karena kami sudah kesorean sampai di Probolinggo. Perjalanan dari Probolinggo menuju Bromo masih memakan waktu sekitar 4 jam karena kami naik angkutan umum. Jika sudah melewati jam 5 sore akan sulit menemukan transportasi ke sana. Gagal sudah rencana untuk jeprat jepret di Bromo, menikmati keindahan Bromo, dan merasakan suasana sunrise di Bromo.

Salah satu teman merekomendasikan suatu tempat yang lebih dekat dari Probolinggo dan mudah transportasinya, yaitu Pulau Gili Ketapang. Aku sih ngikut saja lah.... yang penting bisa hepi-hepi dan menikmati pemandangan indah ciptaan Allah. Nggak terpikir kayak apa nanti Pulau Gili Ketapang itu. Namanya saja baru aku dengar. Yang sering aku dengar selama ini adalah Pulau Gili Trawangan yang ada di Lombok. Lhah... ini di Probolinggo ternyata juga ada Pulau Gili.

Dari terminal Probolinggo, rombongan kami menuju ke Pelabuhan Tanjung Tembaga. Benar saja, perjalanan menuju ke pelabuhan hanya memakan waktu sekitar 20 menit dengan naik becak tradisional. Biayanya juga tak terlalu mahal. Dari Pelabuhan Tanjung Tembaga, kami naik kapal, yang oleh warga setempat disebut taxi air. Jangan dibayangkan kapal yang kami tumpangi adalah kapal motor yang bagus, yang sering kita lihat di televisi. Kapal penumpang ini sangat sederhana. Menurutku lebih tepat disebut perahu tetapi agak besar ukurannya. Angkutan air ini adalah satu-satunya transportasi menuju ke Pulau Gili Ketapang. Warga Pulau Gili Ketapang memanfaatkan kapal penumpang ini untuk sarana transportasi dari Pulau Gili Ketapang menuju ke Probolinggo dan sebaliknya. Pulau Gili Ketapang sendiri berada di tengah-tengah laut di antara Pulau Jawa dan Pulau Madura, terletak sekitar 5 mil dari Pelabuhan Tanjung Tembaga. Pulau Gili Ketapang masuk dalam wilayah Desa Ketapang, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo.

Kapal bermotor ini juga sangat terbatas jumlahnya. Jika ingin menuju ke Pulau Gili, penumpang harus antri untuk naik ke kapal yang berkapasitas sekitar 20 orang ini. Tempat duduk dalam kapal juga sederhana, hanya berupa deck kapal saja. Awalnya aku ngeri membayangkan kapal yang dinaiki sekian puluh orang itu, tanpa pelindung sama sekali, akan berjalan menuju ke tengah laut dengan ombak yang cukup besar. Belum lagi barang bawaan para penumpang yang bermacam-macam, mulai dari barang belanjaan sampai sepeda motor yang juga dinaikkan ke atas kapal. Ngeri juga membayangkan jika kapal itu tenggelam.

Tetapi ketakutanku sirna ketika kapal telah melaju meninggalkan pelabuhan menuju ke tengah laut. Selama perjalanan sekitar 30 menit menuju ke Gili, kita dapat menikmati pemandangan di bawah laut yang terlihat karena air lautnya yang jernih.. Fauna yang banyak ditemukan sepanjang perjalanan adalah ubur-ubur mini. Aku sebut ubur-ubur mini karena memang ukurannya yang kecil, berbeda dengan ubur-ubur yang lain. Selain itu, kita juga bisa melihat bangunan-bangunan mercusuar di tengah laut, dan pulau-pulau kecil yang terlihat sangat kecil karena letaknya yang sangat jauh. Dengan menikmati pemandangan itu, perjalanan 30 menit menjadi tidak terasa. Sekejab saja Pulau Gili Ketapang sudah ada di depan mata kami.

Betul saja kata temanku, bahwa Pulau Gili Ketapang merupakan pulau kecil nan cantik. Pulau yang tak seberapa besar, dengan luas sekitar 68 hektar, Pulau Gili Ketapang menyimpan sejuta pesona. Ombak pantai di pulau ini cukup tenang, di lengkapi dengan hamparan pasir putih yang membentang luas, warna air laut yang nampak biru, ,membuat suasana di pantai ini sangat menyenangkan. Namun sangat disayangkan, ada pemandangan yang kurang sedap ketika kita melihat salah satu bibir pantainya. Ada tumpukan sampah yang berserakan yang berada di bibir pantai. Kehadiran sampah-sampah ini selain mengganggu pemandangan, juga dapat merusak kelestarian pulau ini. Pulau Gili Ketapang terkenal dengan wisata snorkling nya yang relatif murah. Dengan pemandangan bawah lautnya yang mempesona, wisata snorkling di pulau ini dikenal dimana-mana.

Memasuki wilayah pulau ini, kita akan disambut oleh para penduduk yang sangat ramah. Mayoritas penduduk yang menghuni pulau ini adalah keturunan Madura yang berprofesi sebagai nelayan. Bahasa sehari-hari yang digunakan juga bahasa Madura. Penduduk di pulau ini relatif religius. Para wanita kebanyakan memakai kain sarung dan penutup kepala. Terdapat beberapa masjid yang besar di pulau ini yang menunjukkan bahwa penduduk setempat adalah penganut agama Islam yang taat. Selain itu, ada peraturan yang berbeda dengan tempat wisata yang lain. Jangan harap Anda menemukan penginapan atau losmen di pulau ini, karena warga setempat tidak menyediakan penginapan atau losmen bagi para wisatawan yang datang. Wisatawan yang datang dilarang menginap di pulau ini, dan diberikan batas waktu berkunjung ke pulau hingga jam 5 sore. Karena ada peraturan tersebut, rombongan kami disuruh menemui Kepala Desa supaya diijinkan untuk menginap karena waktu sudah menjelang maghrib ketika kami datang. Akhirnya kami diijinkan untuk menginap satu hari di rumah salah satu kerabat dari Bapak Kepala Desa.

Selain para wisatawan dapat menikmati keindahan pantai di Pulau Gili Ketapang, melakukan snorkling melihat keindahan pemandangan di bawah laut, di pulau ini juga terdapat gua yang disebut dengan Gua kucing. Terletak di bagian timur dari pulau ini, Gua kucing merupakan tempat yang sayang jika dilewatkan. Ukuran gua ini memang kecil, itulah mengapa disebut sebagai Gua Kucing, tetapi pemandangan dengan view lautnya yang menawan membuat gua ini menarik untuk dikunjungi. Tetapi lagi-lagi masalah sampah menjadi permasalahan yang serius di pulau ini. Di beberapa tempat, terdapat banyak sampah yang berserakan. Warga setempat sepertinya kurang perduli terhadap masalah kebersihan. Ditambah lagi adanya kambing-kambing yang berkeliaran di jalan-jalan kecil dan di pinggir pantai membuat suasana di pulau ini kurang nyaman.

Sejak bulan Maret lalu, warga pulau ini sudah dapat menikmati fasilitas listrik. Sebelumnya warga hanya mengandalkan penerangan menggunakan diesel, yang membuat penerangan di pulau ini tidak maksimal karena listrik dinyalakan secara bergilir. Dengan adanya mesin pembangkit listrik yang dibangun di pulau ini, maka saat ini warga pulau dapat menikmati listrik dengan lebih baik tanpa adanya pemadaman bergilir.

Itulah pengalamanku terdampar di Pulau Gili Ketapang. Aku katakan terdampar karena tanpa rencana sama sekali tiba-tiba kami seperti dibawa ke pulau ini. Pasti ada hikmah di balik jalan Allah “mendamparkan” kami di pulau gili ini. Kami mendapatkan pengalaman baru dan teman-teman baru di sini. Kami juga baru mengetahui bahwa ada banyak pulau kecil yang sangat indah di Indonesia, dan berpotensi untuk wisata. Jika pulau-pulau ini dikelola dengan baik oleh pemerintah, niscaya Indonesia akan menjadi tujuan wisata dunia.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Pengalaman yang luar biasa. Kereeen

19 Jul
Balas

mantap.... feature yang memiikat.

18 Jul
Balas

Wuih explore wisata baru, siip.

19 Jul
Balas

Terima kasih atas k0men dari Pak Leck dan teman2... Saya ingin ikut meramaikan gurusiana..hehe

19 Jul
Balas



search

New Post