Risa Asnawi

Guru Kimia di SMAN 1 Wates Kediri Jawa Timur....

Selengkapnya
Navigasi Web
BERJUANG DEMI MERAYAKAN LEBARAN DI NEGERI SEBERANG (bagian 1  2)
Dari kiri: Bpk Daroini (SMAN 5 Madiun, Bpk. Risa Asnawi (SMAN 1 Wates), Bpk. Syaiful (SMA As-Saadah Gresik), Bpk Itok (SMAN 2 Kediri), Bpk. Idris (SMA DU 1 Jombang)

BERJUANG DEMI MERAYAKAN LEBARAN DI NEGERI SEBERANG (bagian 1 2)

BERJUANG DEMI MERAYAKAN LEBARAN DI NEGERI SEBERANG (bagian 1 / 2)

“Malam Takbir yang Sunyi”

#tantangangurusiana

#hari ke-94

Tanggal 27 Juli 2014, persis 6 tahun yang lalu. Kami satu rombongan yang menjalani hari-hari sebagai musafir di negeri panda, malam itu harus mengalami nestapa. Malam yang seharusnya dirayakan dengan penuh gegap gempita dengan gema suara takbir, malah seperti tidak ada yang istimewa terasa. Semua seperti malam-malam sebelumnya, biasa dan tidak ada apa-apa.

Kami yang sudah terbiasa di lingkungan muslim, pastilah sangat merasakan gejolak hati yang berkecamuk menahan emosi yang tak terkendali di malam itu. Suasana malam takbir yang nyaris tanpa gelora. Disaat seperti ini biasanya kami bisa menikmati hangatnya kebersamaan dengan keluarga tercinta, menyiapkan beraneka kue lebaran sambil mengumandangkan takbir menyuarakan kebesaran Tuhan. Namun, disaat itu hanyalah kehampaan yang kami rasa.

Akhirnya, banyak di antara kami yang hanya menyendiri di kamar masing-masing. Demi sekedar menghibur diri dengan menghubungi keluarga di rumah dengan video call. Mungkin hanya inilah cara yang dapat kami lakukan untuk tetap bisa merasakan suasana malam takbir bersama keluarga.

Setelah perasaan ini bisa sedikit terselimurkan dengan video call, kami pun mencoba untuk kembali ke kenyataan, bahwa kita memang sedang di negeri orang. Mau tidak mau kita harus terima kondisi yang sebenarnya mungkin tidak bisa kita terima. Malam takbiran yang tanpa gema takbir.

Untuk mengusir kejengkelan perasaan ini, kami pun mencoba menghibur diri, bercengkrama dengan sesama teman satu rombongan. Memang saat itu hanyalah mereka saudara sebenarnya yang ada di sana. Sudah banyak suka duka yang telah kita jalani bersama dalam perantauan ini.

Dalam bercengkrama kami menceritakan keadaan keluarga masing-masing yang nun jauh di sana. Dari cerita inilah kami bisa merasakan suasana takbiran seperti di rumah sebagaimana biasa. Lumayan, bisa sedikit mengusir keinginan atau yang lebih tepat kerinduan berkumpul keluarga di malam bahagia ini.

Agar kesedihan malam ini tidak berlanjut menjadi banjir air mata, dimana keesokan harinya semua umat muslim akan merayakan hari raya idul fitri, maka cengkrama kami pun dilanjutkan dengan pembahasan masalah yang lebih serius. Pokok utamanya adalah bagaimana sebisa mungkin kita juga bisa melaksanakan sholat Id berjamaah di tengah pembatasan ketat terhadap aktifitas ibadah yang kami lakukan di asrama.

Bersambung ….

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap, tetap kompak meskipun di seberang. Taqabbalallahu minna wa minkum shiyamana wa shiyamakum..Mohon maaf lahir dan batin ya,pak

24 May
Balas

Sama2 Pak.. mohon maaf atas segala khilaf saya Pak

24 May

Kondisi hampir sama seperti saat ini?

23 May
Balas

Tidak Bu. Disini skr msh bisa mengumandangkn takbir di masjid atau mushola2. Kalau dsna saat itu praktis tdk bs.

23 May



search

New Post