SEBENTAR SAJA

(Pintaku hanya satu)

bagian 3

“Sewaktu kita ada acara kumpul-kumpul Robi mengajakku ke rumah temannya, temannya tinggal sendiri dirumah itu, dan terjadilah..hiks..hiks..isak tangisnya semakin keras. Robi sudah merenggut kesucianku, dia membujukku tuk melakukannya, dia janji ga akan ninggalin aku”.

“Huh..bodoh..tindakanmu bodoh..kamu mau aja dibohongin..kamu tahu kan pacarmu itu playboy, lagian kita kan masih belum lulus, mau kasih makan apa dia jika dia menikahimu dan kamu hamil..Gertak Sri”.

“Tapi aku cinta dia, aku sayang dia,,Sri”.

“Makan tuh cinta..ahh sudahlah..nasi sudah menjadi bubur..Apa kamu sudah cek badanmu?”.

“Udah..negatif, Sri..Aku takut..Aku takut kalau mamaku tahu dia akan marah besar dan mungkin penyakit jantungnya bisa kambuh”.

“Kamu harus terima resikonya, kamu sudah salah langkah, berani berbuat berani bertanggung jawab. Trus keputusanmu gmn?”.

“Akan ku pendam derita ini sendiri, aku sayang mamaku, aku ga mau dia sakit, apalagi ayahku pergi meninggalkan kami dengan wanita lain yang membuat mamaku menderita”.

“Ya, dilema buatmu, kalau bilang takut mamamu sakit, nggak bilang juga salah karena mamamu pasti marah ketika anaknya berbohong”.

“Entahlah..aku sudah siap dengan segala resiko, meskipun pada akhirnya aku dicampakkan oleh calon suamiku. Dia melirih sambil mengusap air mata nya yang dari tadi menetes dipipi nya”.

“Tobatlah Nia, semoga Tuhan mengampuni dosa mu. Ayo abiskan makananmu, lalu kita pulang, hari sudah semakin senja”.

“Aku sudah tidak berselera..Ayo kita pulang”.

Sri mengantar Nia pulang kerumahnya,

“Semoga semua baik- baik aja, kabari aku kalau ada apa-apa”. pintaku sambil pamitan kepada ibunya Nia dan segera melaju motor menuju pulang.