Risdawati. M.Pd

Guru di SMP Negeri 9 Rejang Lebong provinsi Bengkulu Bekerja dan berbuat karena Allah ...

Selengkapnya
Navigasi Web
HAKIKAT IKHLAS
Foto by koleksi pribadi (Bukit Kandis BKL)

HAKIKAT IKHLAS

HAKIKAT IKHLAS

Dan mereka tidak diperintahkan melainkan hanya untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama-Nya, lagi bersikap lurus (QS. Al Bayyinah: 5)”

Kita pasti sudah sering mendengar kata “Ikhlas” bahkan kita pun sangat sering mengucapkannya. Kita pun sudah sangat tahu bahwa iklas adalah menerima sesuatu atau mengerjakan sesuatu semata-mata hanya karena Allah. Tapi sungguh rasanya kitapun menyadari bahwa tidak gampang untuk melakukan sesuatu hal dengan ikhlas. Lalu kalau demikian apa sesungguhnya ikhlas tersebut?

Ikhlas sebenar adalah membersihkan niat atau motivasi dalam melakukan ketaatan kepada Allah dari niat atau motivasi selain dari pada Allah tersebut. Ikhlas juga dapat dikatakan sebagai kemampuan mengkhususkan Allah menjadi satu-satunya tujuan dalam setiap ketaatan kita. Dengan demikian ikhlas merupakan “ruh” yang paling utama dalam ibadah yang dilakukan setiap orang. Jadi jika sesorang kehilangan keikhlasannya maka berarti dia telah kehilangan ruh dalam ibadahnya dan itu berarti ibadahnya menjadi sia-sia.

Sebenarnya tidak ada alasan bagi setiap orang untuk tidak ikhlas, karena di setiap ibadah salat, seorang muslim memang telah berjanji untuk senantiasa melakukan sesuatu dengan ikhlas. Janji itu secara terus menerus kita ulang paling tidak sebanyak 5 kali sehari semalam. Yaitu dalam pembacaan iftitah dalam salat kita. “Sesungguhnya salatku,ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah tuhan seru sekalian alam, tiada sekutu baginya, dan dengan demikian itu yang diperintahkan padaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri/muslim (QS. Al An’am ayat 162-163)

Sebagai orang yang telah mengulang-ulang janji tentu kita tidak mau digolongkan sebagai orang yang munafik karena mengingkari janji yang telah diucapkannya sendiri.

Dalam satu Riwayat Rosululllah pernah didatangi sesorang laki-laki yang menanyakan bagaimana hukumnya orang yang berjihad di jalan Allah namun dalam hatinya terselip keinginan mencari harta rampasan perang. Saat itu Rosulullah menjawab “Ia tidak memperoleh nilai apa-apa” dan jawaban itu diulangnya sampai 3 kali.

Dari Riwayat tersebut dapat kita simpulkan bahwa keutamaan sebuah ibadah dan ketakwaan kepada Allah tergantung pada kelurusan niat dan motivasi ibadah tersebut, sehingga setiap ibada dan ketaatan layak diterima oleh Allah Yang Maha Suci.

Semoga kita bisa terus memperbaiki niat dan motivasi ibadah kita dengan ikhlas.

#TANTANGAN HARI KE 74

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terimakasih, ibu ... semoga ilmu bermanfaat ini makin menguatkan hati untuk belajar makin ikhlas

08 May
Balas

Sama-sama bu... saya juga masih dan akan selalu belajar, tapi di Ramadan ini in syaa Allah akan menulis tentang pengetahuan agama... tujuan utamanya muhasabah diri bu.

08 May

semua berawal dari niatnya bu...betul sekali, harus iklhas..dan itu mudah di lisan dan tulisan..praktinya..berat banget..trimakasih tausiyahnya..salam

08 May
Balas

Makasih juga Pak.... semoga kita diberi kekuatan untuk melakukannya.

09 May

Insya Allah ikhlas.

08 May
Balas

Aamiin

08 May

Aamiin yra... terimakasih bun... sangat bermanfaat

08 May
Balas

Sama-sama bu, saya juga masih belajar

09 May



search

New Post