Riskiyah

Riskiyah lahir di sumenep pada 01 Oktober 1983. Sekolah di SDN Billapora Rebba. Setelah itu melanjutkan ke Mts , Ma, d2 dan S1 di pondok pesantren An-nuqayah Gu...

Selengkapnya
Navigasi Web
EPPALAN PERMAINAN TRADISIONAL YANG TERLUPAKAN DAN DI RINDUKAN.

EPPALAN PERMAINAN TRADISIONAL YANG TERLUPAKAN DAN DI RINDUKAN.

EPPALAN; PERMAINAN TRADISIONAL YANG TERLUPAKAN DAN DIRINDUKAN

Riskiyah Syah

Andaiku bisa kembali, bermain berlari, berputar menari. Ingin ku pejamkan mata, sejenak kembali, masa kecilku (Indra Lesmana).

Mengingat kembali masa kecil, dimana saya begitu asyik bermain permainan tradisional seolah menggiring ingatan saya untuk kembali di masa itu. Saya begitu senang dulu bisa merasakan ragam permainan. Terkadang saya ingin kembali mengulang semua momen yang begitu seru itu. Mungkin tak hanya saya, andapun pembaca tulisan ini mengingat bahkan terbesit untuk mengulangi kembali permainan trasional tersebut. Adapun permainan tradisional yang sering saya mainkan dulu antara lain petak umpat (Tek-Keteggan), lompat tali (bintel), kelereng (Leker), bekel (beklen), gobak sodor (salodor), Kicaan dan sebagainya.

Dulu saya dan teman-teman sangat antusias untuk bermain, namun semangat antusiasme itu tidak saya temukan pada anak-anak zaman sekarang. Anak-anak sekarang tak lagi berminat untuk memainkan ragam permainan tradisional yang seru itu. Alasannya tidak lain dan tidak bukan, mereka lebih memilih memainkan game online di hp masing-masing daripada bermain permainan tradisional.

Seiring perkembangan zaman, dulu waktu saya kecil masih belum ada yang namanya hp. Komunikasi jarak jauhnya memakai telfon umum, yang adanya hanya di kota. Sementara saya yang hidup di desa, bisa dikatakan jarang bahkan tidak pernah sama sekali menggunakan telfon umum tersebut. Hal itu karena keterbatasan orang yang mempunyai telfon rumah pada saat itu, sehingga kalau tidak benar-benar orang berada, tidak mempunyai telfon pribadi. Hal ini berbanding terbalik dengan fenomena anak-anak yang lahir di atas tahun 2010-an. Mereka lahir langsung mengenal handphone yang sangat banyak fiturnya dan banyak diperjual belikan dengan harga yang terjangkau. Kemudian anak yang lahir pada 2015-an ke atas, mereka lahir langsung mengenal smartphone android, yang tampilannya lebih menarik mata, bisa diisi beragam jenis game online dan offline.

Dengan begitu, peminat game online dikalangan anak-anak sangat banyak. Mereka bermain game dengan menggunakan gadget yang dimilikinya masing-masing. Tak ayal kemudian, hari-hari mereka disibukkan dengan bermain game online dan membuat mereka kurang berminat untuk mengenal, apalagi untuk memainkan permainan jadul tersebut.

Ironinya saat ini, saya melihat potensi anak kota dan pedesaan mempunyai tantangan bahkan di pedalaman desa sekalipun. Saat ini, anak-anak sudah terbiasa memainkan game online di handphone-nya masing-masing baik permainan game yang online maupun offline. Permainan apa saja yang disukai tinggal di download sehingga bisa di mainkan dengan mudah dan cepat. Dengan kemudahan ini menyebabkan Permainan tradisional sudah tidak dilirik lagi. Seolah acuh dengan permainan tradisional. Padahal permainan tradisional merupakan peninggalan nenek moyang kita. Dan bisa di pastikan dengan melakukan permainan tradisional dan tidak ada radiasi yang bisa menyebabkan gangguan pada penglihatan, serta banyak melibatkan pergerakan motorik tubuh sehingga akan lebih sehat.

Dulu ragam permainan tradisional seperti ini yang sering saya lakukan di sekolah disaat jam istirahat. atau pada jam libur sekolah. Permainan ini tergolong permainan yang cukup menarik, dimana permainan ini melatih ketangkasan, kecepatan berlari, jiwa sosial dan kejelian serta melatih konsentrasi.

Permainan ini di daerah saya biasa disebut "Eppalan". Peralatan yang dibutuhkan dalam permainan ini cukup sederhana yakni pecahan genting (tembikar). Pecahan genting itu di susun sampai sekitar sepuluh hingga lima belas pecahan genting. Pecahan itu di bentuk persegi dan dipastikan antara genting yang satu dengan yang lain ukurannya sama. Mereka bergotong royong membuat bentuk persegi pada pecahan genting. Biasanya, sebelumnya mereka bergotong royong menata pecahan-pecahan genting secara vertikal, mereka terlebih dahulu mencari pecahan gentengnya secara bersama-sama. Nilai gotong royong, komunikasi dalam team, serta kreativitas menggunakan benda bekas untuk dijadikan permainan sungguh sangat kreatif sekali serta mendukung program waste management (reduce, reuse, recycle).

Selanjutnya, permainan ini membutuhkan sekitar sepuluh peserta. saat akan memulai, mereka harus melakukan hompimpa terlebih dahulu. Siapa yang kalah dia yang akan melakukan Eppalan (melempar pecahan genting dipegang dilemparkan ke pecahan genting yang ada telah tersusun rapi). Jika dalam lemparannya tidak terkena sasaran maka dia harus mencari teman-temannya. Dalam hitungan 1 – 10 dia harus menutup mata. Sementara mereka sembunyi di sekitar lokasi permainan. Setelah hitungan sepuluh harus mulai mencari teman-teman dan yang pertama kali ditemukan maka ia melakukan lemparan pada susunan genting tersebut pada sesi berikutnya.

Pada proses tersebut, kita bisa temukan terdapat gerakan motorik yakni melempar genteng dan berlari mencari tempat persembunyian. Selain itu, tatkala diantara mereka ada yang ditemukan pertama kali dan harus melempar genteng, jika tidak kenak maka ialah yang akan menjaga selanjutnya, disini peserta belajar berani berbuat dan bertanggung jawab. Mereka harus berani dengan cepat melempar genteng, lapang dada ketika kalah dan bertangggung jawab jiwa tidak kenak maka konsekuensinya sebagai penjaga selanjutnya.

Di samping itu, permainan ini juga melatih untuk belajar menyiapkan strategi agar ia tidak ditemukan oleh si penjaga. Tak hanya itu, permainan ini juga belajar konsentrasi dan fokus pada saat akan melempar genting ke sasaran. Hal itulah yang membuat anak-anak senang, banyak gerakan motorik yang dilakukan secara bersama-sama. Kesehatan fisik anak akan menjadi lebih sehat dan kuat karena dituntut lebih gesit, melatih anak berfikir membuat strategi dan bersosiasi satu sama lain.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post