Risnawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Melakoni Profesi

Melakoni Profesi

Mengabdikan diri menjadi seorang pendidik memiliki tantangan tersendiri. Bukan hanya sekedar mentransfer Ilmu pengetahuan dan mengembangkan keterampilan peserta didik. Tapi yang paling utama adalah kita dituntut untuk menjadi panutan dan teladan bagi mereka. Tentu ini bukan hal yang mudah. Karena tak bisa diajarkan melalui materi, melainkan harus melekat pada diri.

Hal itulah yang bisa saya petik dari pelatihan In House Traning (IHT) Penyusunan RPP yang diadakan SMA dan SMP Darul Falah Enrekang hari ini. Kegiatan yang awalnya saya anggap sebagai rutunitas semata ternyata menyajikan hal yang berbeda. Mungkin ini masih efek pelatihan menulis yang diikuti beberapa hari lalu. Menulis memang membuat sudut pandang terhadap sesuatu menjadi lebih luas.

Nasehat yang diberikan oleh Ustas pengasuh benar-benar menjadi sebuah tamparan keras. Memang benar apa yang disampaikan beliau. Bahwa selama ini banyak hal-hal kecil yang kita sepelekan. Padahal orang lain akan mengenali dan menilai kita dari tempat kita mengabdi. Kita yang mengajar di Pondok Pesantren seharusnya memahami nilai-nilai yang berlaku di Pondok. Malulah jika hal-hal kecil seperti masuk kamar mandi, posisi tidur, dan cara makan kita belum sesuai tuntutan syariat.

Hampir senada dengan yang disampaikan oleh pemateri Bapak Drs. Ansar, M.Pd., bahwa sikap tidak bisa diajarkan melainkan hanya bisa dicontohkan. Kita tidak bisa menyampaikan hanya secara verbal. Tapi harus dengan tindakan. Tidak perlu terlalu banyak teori, tapi cukup dengan melakoni. Perankan dan pamerkan perilaku terpuji agar Peserta Didik lebih mudah meniru dan menerima apa yang kita harapkan dalam pencapaian kompetensi sikap dan spiritual.

Bukan berarti bahwa kita menjadi orang yang berbeda atau bermuka dua. Tapi inilah tuntutan profesi. Guru sama halnya dengan aktris atau aktor yang dipaksa untuk memerankan karakter seperti tuntutan sutradara. Dengan adanya pembiasaan seperti itu semoga bisa melekat dan tumbuh pada diri sendiri. Bukan lagi melakoni tapi memiliki seutuhnya.

Saat berada di tengah masyarakat, orang dinilai bukan berdasarkan kepintaran atau kemahiran dalam membuat sesuatu. Tapi kepribadian kitalah yang pertama kali dilihat. Bagaimana kita bisa memberi pengaruh positif dalam kehidupan sosial sebagai warga masyarakat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren Bu Lanjutkan.

16 Nov
Balas

Mantap bu', sangat menginspirasi.

18 Nov
Balas



search

New Post