Berbeda Kasta
Menjelang penilaian akhir tahun (PAT), wali kelas sedang sibuk-sibuknya mengurus kartu ujian dibantu para santri. Seperti biasa, berkumpul bersama anak-anak membuat suasana cair karena mereka selalu heboh dan lucu dengan ceritanya masing-masing. Pembahasan yang seru-serunya sekarang adalah karantina Tahfiz yang diperuntukkan bagi mereka yang belum tuntas hafalannya. Khusus kelas VIIIA SMP sebagian besar sudah tuntas, tapi beberapa juga masih belum tuntas. Mereka yang sudah tuntas hafalannya merasa berbangga diri karena terbebas dari masa karantina yang menurut mereka menakutkan dan merepotkan, ditambah nama sering disebut melalui pengeras suara, bukan karena ada tamu atau kiriman melainkan harus datang bertapa di Masjid menyelesaikan hafalan.
Santri yang berstatus karantina juga tidak mau kalah. "Kita serasa tahfiz khusus tanpa tes," ucap mereka membela diri. "Kita enak tidak belajar dan menghafal selama dua hari," Santri bebas karantina menimpali lagi. Yah, rehat dari kegiatan pondok adalah kenikmatan yang hakiki bagi mereka yang sudah tuntas hafalannya.
Begitulah seterusnya mereka berdebat sambil merapikan dan mengatur ID card yang sudah tidak beraturan karena sebelumnya sudah terpakai oleh kelas IX. Mereka dengan semangat menukar nama kakak kelasnya dengan nama mereka. Ada beberapa yang mengambil nama kakak kelas yang jadi panutan mereka, berharap bisa mengikuti jejak prestasinya. Milik Hafiz Al Basitu dan Muh Muhsin lah yang jadi rebutan. "Penghafal 30 Juz tercepat dan Santri teladan " julukan mereka. Saya mengamininya dalam hati sambil memberi motivasi menyelesaikan hapalan wajib dulu sebagai langkah awal jika ingin mengikuti jejak kedua kakaknya.
Kartu-kartu ujian telah rapi dan siap dibagikan . Syarat pertama yang harus dipenuhi untuk mendapatkan kartu adalah lunas pembayaran dan Alhamdulillah syarat ini telah terpenuhi. Syarat kedua adalah sudah tuntas hafalan wajibnya. Begitulah intruksi yang saya berikan kepada salah satu Santri yang ditugaskan membagi kartu sembari menyerahkan absen.
Kartu dibagikan satu per satu secara tertib hingga tiba di salah satu Santri sebut saja dia Ahmad yang kebetulan hafalannya belum tuntas alias masih berstatus karantina. Si pembagi kartu yang tak lain adalah teman sepermainannya hanya melewatinya karena dianggap belum memenuhi salah satu syarat sambil berkata, " Janganmi dulu kasi' ko kartumu karena masih karantinako." Ahmad refleks menjawab, " jadi ceritanya murendahkan ka' ini?" Kami semua tertawa mendengar jawaban yang tak terduga. 🤣🤣😂
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Serunya ... tantangan bertahfiz ..salam literasi