Tradisi Bakajang Di Gunung Malintang
Jika selama ini kita menyaksikan kapal pesiar berlayar di laut, namun berbeda di Nagari Gunuang Malintang Kecamatan Pangkalan Koto Baru Kabupaten Lima Puluh Kota, lima unit kapal pesiar justru berlayar dialiran sungai batang maek.
Tradisi ini disebut BAKAJANG
Tradisi ini berkembang dari hubungan silaturrahmi yang terus dilestarikan hingga kini. Kajang menggambarkan simbol nenek moyang terdahulu, dimana transportasi mereka adalah kajang atau sampan yang berlayar di sungai batang maek. Alek Bakajang ini rutin dilaksanakan oleh warga Gunuang Malintang setiap hari raya idul fitri tiba, tepatnya 5 s.d 10 Syawal.
Satu minggu sebelum alek bakajang dimulai masyarakat mulai bergotong royong. Pemuda jorong saling berlomba dalam berkreasi, mereka menghiasi sampan hingga menjadi kajang yang menyerupai Kapal Pesiar di laut lepas, sedangkan para pemudi menghiasi surau sehingga disulaplah surau menjadi Istano Datuak dari masing-masing pasukuan.
Diawali dengan manjalang mamak dari persukuan Domo yaitu Datuak Bandaro di jorong Koto Lamo. Sebelum Ninik Mamak dan Para tamu undangan tiba, anak kemenakan yang perempuan manjujuang jamba ke istano. Sementara di depan istano sudah berdiri para pemuda yang siap manjawek jamba untuk dihidangkan di dalam istano. Jamba-jamba ini diisi dengan makanan tradisional asli nagari Gunuang Malintang. Ninik Mamak, alim ulama, pemerintah nagari beserta tamu yang hadir duduak basamo dalam Istano, disinilah kata sepakat dimulai.
Seusai acara di istano acara bakajang dilanjutkan ke sungai atau tapian, seluruh ninik mamak, bundo kanduang, alim ulama, cadiak pandai diarak ke sungai dengan iringan suara Dikia dan Talempong ciri khas Gunuang Malintang.
Ditepi tapian lima Kajang dari masing masing jorong sudah siap membawa ninik mamak untuk berlayar. Acara ini juga di meriahkan dengan lomba pacu sampan.
Hari ke dua dilanjutkan dengan manjalang Datuak Sati dari pasukuan Melayu di jorong Batu Balah, kajang-kajangpun digiring menuju tapian Datuak Sati. Hari ketiga manjalang Datuak Paduko Rajo dari pasukuan Pagar Cancang di Jorong Balik Bukit. Hari keempat manjalang Datuak Gindo Simarajo pasukuan Piliang di jorong Koto Mesjid. Karena pasukuan di nagari Gunuang Malintang ada empat, maka dihari kelima dimanfaatkan untuk manjalang Pemerintahan dan Alim Ulama di jorong Bencah Lumpur. Dihari kelima diambil kata sepakat untuk aturan-aturan yang akan dijalankan nagari satu tahun kedepan, ini adalah puncak dari semua kegiatan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar