#Tantangan Gurusiana Hari Ke-9

Selasa, 25 Februari 2020

MENDIDIK TIDAK BISA MENDADAK

Sepucuk surat untuk murid dari para pendidik…

Perihal ilmu, tidak semuanya aku tahu. Aku mengayomi ilmu sesuai kemampuan yang Rabb-ku titipkan untukku. Meskipun begitu, aku tetap berusaha memberi tahu apa yang aku ketahui. aku juga tahu semua ilmu harus dipelajari, setidaknya aku masih berusaha belajar lalu mengajari segenap apa yang aku ketahui, ilmu apapun itu yang hendak engkau ketahui.

Muridku, jika nanti aku tidak dapat menjawab tentang apa yang engkau tanyakan. Jangan engkau remehkan aku, dan jangan pula engkau marah padaku. Karena aku juga manusia, tidak luput dari salah, khilaf dan lupa. Namun tenanglah nak, aku akan berusaha semampuku menjawabnya. Meski terbata-bata, setidaknya aku paham dengan hal yang engkau tanyakan, dan aku akan berusaha mencarikan referensi jawaban yang tepat untukmu. Semua itu aku lakukan, demi kepuasanmu dalam menelan dahaga ilmu, karena engkau tampak kehausan dimataku.

Aku tidak secerdas engkau nak, hanya saja hingga hari ini aku masih berjuang mencerdaskanmu.

*****

Perihal perilaku, aku tidak sesempurna Rasul-mu. Jangan sesekali engkau menilai dari apa yang aku kerjakan, tanpa engkau tahu niat yang terpendam. Asam garam perjalananku sangat melelahkan. Tidak sebanding dengan materi yang aku dapatkan di dunia. Jangan engkau tambahkan bebanku dengan tidak mengenaknya sikapmu di kelas. Aku tidak mengeluh dengan semua itu nak. Tidak, tidak sama sekali. karena aku tahu posisiku lebih mulia di mata-Nya dari pada di dunia.

Perjalanan seorang pendidik tidak semudah yang engkau bayangkan, nak. Retorika kehidupannya sungguh hanya untuk investasi amal di dunia, sebagai modal membeli syurga di akhirat-Nya. Karena mendidik tidak bisa mendadak….

Aku tak menyuruhmu berenung…

Aku hanya ingin mengingatkanmu, jika ada kesalmu yang terpendam karena nilaimu jelek. Jika aku membangunkanmu dikala kamu tertidur pulas di kelas. Jika aku melarangmu keluar ketika pelajaran sedang berlangsung. Jika aku menyuruhmu berdiri didepan kelas karena materi yang tidak engkau kuasai, sehingga membuatmu malu. Jika ini dan jika itu serta jika jika lainnya membuatmu kesal dan marah seolah membenciku. Maafkan aku nak, jika aku salah dimatamu.

Tapi jangan nak, jangan engkau marah padaku, jangan engkau kesal padaku, dan jangan pula sesekali engkau menitip rasa benci padaku. Karena semua itu aku lakukan demi kebaikanmu. Demi menerangkan perjalananmu yang suram. Demi membuka matamu yang masih kabur. Demi memberi apresiasi agar engkau tahu bahwa semua kesalahan ada pada dirimu sendiri. Dan belajarlah dari kesalahan diri, agar engkau tahu jalan mana yang hendak engkau tuju selanjutnya.

Aku tidak memintamu menyesal nak. Karena aku tahu penyesalan selalu datang di akhir. Aku hanya ingin engkau selalu bersyukur. Bersyukurlah nak, bersyukurlah karena masih ada yang menitipkan rasa sayangnya untukmu. Masih ada yang ingin menegurmu dikala salah. Melakukan apapun untukmu. Memberikan segalanya untukmu. Tanpa mengenal pamrih.

Sekali lagi aku sampaikan padamu nak, Mendidik tidak bisa mendadak. Berproses sebagaimana hendaknya pendidik mengalirkan cinta terhadap peserta didiknya tercinta. Untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa.

*****