Rita Aswita

Guru TK IT Bunayya 7 Alhijrah Laut Dendang, Deli Serdang....

Selengkapnya
Navigasi Web
Istirahat sejenak
Hotel karantina

Istirahat sejenak

Kamis kemarin merupakan hari yang takkan pernah terlupakan. Sejak sebulan lalu aku merasa diriku begitu polos dan tak tahu apa-apa. Aku memang tak begitu memperhatikan informasi yang berkembang di negeriku terutama yang menyangkut covid. Bagiku itu suatu ingin uang dibesar-besarkan. Dan ditanggapi secara berlebihan. Akibatnya sebagian orang menanggapinya "lebay".

Tapi sejak kamis kemarin menjadi awal aku jadi pesakitan. Niat awal operasi mioma yang sudah bertambah besar dibandingkan setahun lalu. Gak taunya malah jadi seperti ini. Dari awal aku dan beberapa rekanku tak ingin di vaksin. Bagiku vaksin ini ibarat memasukkan penyakit kedalam tubuh yang sehat. Untuk apa penyakit diundang dan dimasukkan kedalam tubuh.

Bermula aku datang ke Rumah sakit rujukan BPJS khususnya ke dokter obgyn untuk pemeriksaan kondisi mioma. Ternyata ukurannya sudah bertambah besar dan tak hanya itu yang tumbuh. Mioma uterus namanya. Tak ada gejala sakit di perut sekitar mioma tersebut tumbuh. Tetapi keberadaannya menekan saluran kemih dan siklus haid yang tak lancar. Ada yang bilang mungkin karena sudah mulai memasuki usia meanupose.

Aku bertanya pada kakak dari tenaga kesehatan tentang hal ini. "Untuk apa menyimpan mioma lama-lama. Mioma akan terus bertambah besar ukurannya selagi kita masih haid. Setahun lebih aku memikirkan hal ini. Sampai kuat keinginanku untuk menyegerakan operasi pengangkatan mioma. Tetapi ada syarat yang harus aku penuhi yaitu PCR swab. Ini syarat mutlak bagi pasien yang akan operasi di rumah sakit. Surat pengajuan PCR pun dibuat dan harus datang enam hari kemudian.

Sementara itu di tempatku berdinas semua staf wajib vaksin agar bisa mendampingi anak-anak untuk outing class tentang kereta api. Hari itu merupakan hari keempat sebelum pcr swab. Dengan semangat setengah hati pergi pula ikut bersama rekan kerja yang lain. Apa yang dirasa setelah tiga hari? Tak ada dirasa secuali kepala terasa berat. Tak ada demam, batuk, sesak nafas dan gejala flu lainnya. Aku merasa diriku baik-baik saja. Sampailah hari yang dijadwal pun aku lupa. Keesokan harinya aku baru datang diantar suamiku.

Hari itu adalah hari selasa, aku merasa tubuhku baik-baik saja. Pagi aku dan suamiku sarapan dulu dirumah barulah kami berangkat ke rumah sakit. Setelah pcr swab aku menemui dokter obgyn. Jadwal operasi terpaksa diundur karena aku terlambat untuk pcr swab yang seharusnya senin kemarin aku datang. Hasil pcr swab baru diketahui setelah empat hari kemudian menurut keterangan dokter. Saat itu aku sudah menyampaikan bahwasannya aku baru vaksin lima hari lalu. Dokter menyampaikan saat ini setiap pasien memang harus melalui tes pcr swab dulu baru bisa operasi.

Pada Kamis tengah hari, aku ditelepon oleh petugas puskesmas untuk segera pulang. Saat itu aku masih di tempat kerja. Setelah percakapan tersebut selesai masuklah WA dari rumah sakit bawaannya aku positif covid. Dengan perasaan masih bingung seakan tak percaya kusampaikan hal ini pada rekan kerjaku dan aku segera ijin untuk tak masuk kerja beberapa hari. Keesokan paginya pihak puskesmas dan ke pling datang kerumah dan menanyai kondisi ku. Aku mengatakan bahwasannya aku sehat. Tak ada demam, batuk, sesak. Seluruh keluargaku yang tinggal bersamaku dan beberapa tetanggaku pun di swab. Dan aku diminta untuk isolasi mandiri. Aku setuju dan aku harap juga begitu.

Tapi setelah zuhur aku dihubungi akan dijemput untuk isolasi terpadu di hotel karantina. Aku dan suami tak bisa mengelak. Pihak kelurahan datang bersama petugas puskesmas. Ku sampaikan hal ini pada teman dan rekan kerjaku. Ada yang mendo'akanku untuk sabar, ada pula yang mengatakan kelurahannya lebay. Tapi yang pasti warga disekitar tempat tinggal tak menyangka aku kena covid.

Sampai disini pun aku masih tak menyangka si covid bisa masuk padahal hasil rongent jantung dan paru-paru serta hasil pemeriksaan darah sebelum vaksin negatif. Jantung dan paru-paru ku bersih. Dokter di hotel karantina menanyakan tentang swab yang aku lakukan. Hal itu untuk memenuhi syarat pasien yang akan operasi di rumah sakit ini.

Kecewa, sedih dan menyesal dirasakan aku dan suamiku. Apalagi semua adik-adik ku menyesalkan tindakan ceroboh ku untuk pcr swab yang harusnya tak perlu dilakukan mengingat aku baru vaksin. Sudahlah hanya bisa pasrah dan menerima takdir. Sore menjelang petang hasil swab tetangga dan keluargaku keluar. Menyatakan mereka semua negatif. Ada yang aneh kurasa. Kalau benar diriku positif tiga hari lalu mengapa keluarga terutama suamiku negatif. Pasti ada yang salah dari hasil pcr swab tersebut. Entahlah yang pasti aku harus menunggu 7 hari di hotel karantina ini untuk swab ulang.

Setiabudi, 15 Januari 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ibu cerpennya. Salam sukses selalu.

15 Jan
Balas



search

New Post