Tagur 10 (30)

Saat ini anak-anak saat asing dengan permainan tradisional. Mereka lebih akrab dengan hape android apalagi mereka masih banyak yang belajar juga melalui hape. Miris setahun lalu para pendidik dan orangtua melarang keras anaknya untuk menggunakan hape dihari sekolah. Tetapi kini hape menjadi wajib digunakan oleh pihak sekolah.

Mudharatnya lebih besar lagi dari pada sekedar sakit covid kata sebagian besar orangtua saat ini. Daya rusak hape lebih besar karena pengaruh tontonan dihape yang tak sepenuhnya bisa dikontrol oleh orangtua disaat mereka sedang bekerja. Sekolah yang buka pun jamnya dibatasi. Padahal sejatinya anak-anak membutuhkan waktu berinteraksi lebih lama dengan guru dan teman-temannya disekolah. Tetapi karena peraturan, akhirnya kesekolah hanya sekedar menyerahkan tugas dan sedikit belajar lalu pulang. Entah apa yang didapat anak-anak disekolah.

Seharusnya mereka bisa bermain dan dibimbing untuk berinteraksi dengan baik dan sopan dengan guru dan teman-temannya disekolah seperti membuat permainan tradisional yang biasanya dikenalkan oleh sesama teman-temannya atau guru langsung. Permainan tradisional ini sendiri sangat membantu anak agar dapat mengembangkan mental, emosi, empati, solidaritas, fisik dan ketangkasan, kejujuran dan problem solving anak ketika bermain. Seperti dalam permainan galah panjang atau gobak sodor, pecah piring, patok lele, tam-tam buku, ular naga, tarik tambang dan lain sebagainya.

Syukurnya ada wadah bagi pendidik untuk bisa membukukan aneka permainan tradisional tersebut agar permainan ini dapat diceritain ke generasi muda berikutnya.

Salam literasi..

Medan 13 Juni 2021