Rita Erwiyah

Rita erwiyah saat ini bertugas sebagai kepala sekolah SDN DR> Sutomo V/237 surabaya...

Selengkapnya
Navigasi Web
Gerakan 1821 bisakah...?

Gerakan 1821 bisakah...?

Ketika seorang traijier parenting, Ikhsan Baihaqi ibnu Bukhori atau lebih dikenal dengan nama Abah Ikhsan,mencetuskan Gerakan 1821 beberapa waktu lalu kelihatannya belum disambut antusias oleh semua pihak. Buktinya ketika saya bertanya kepada beberapa teman mereka tidak tau apa itu gerakan 1821.

Sejatinya gerakan 1821 adalah usaha untuk mengembalikan peran Fitrah kita sebagai orang tua. Dengan cara kita harus melakukan puasa terhadap handphone, blackberry, tab, dan atau lap-top, hanya dalam waktu 3 jam sehari, 6 hari dalam seminggu, yaitu mulai pukul 18.00-21.00 WIB (waktu saat memasuki Shalat Magrib sampai dengan saat anak-anak kita harus tidur).

Gerakan ini terlihat sangat sederhana, praktis dan gampang diaplikasikan oleh siapapun, namun memberikan manfaat yang sangat besar. Tiga jam mulai pukul 18.00-21.00 merupakan golden time bagi anak-anak untuk Shalat Magrib berjamaah, makan malam bersama, belajar, dan bercerita kepada orang tuanya terhadap apa-apa yang dialaminya sehari-hari. Komunikasi dan dialog pada saat golden time tersebut akan mampu membuat mereka merasa diayomi, disayangi dan diperhatikan oleh orang tuanya masing-masing.

Tapi apakah gerakan ini bisa dilakukan oleh setiap orang tua? Banyak orang tua yang harus banting tulang saat malam hari tiba,penjual makanan di pinggir jalan,satpam yang terbiasa jaga malam banhakn ibu-ibu yang harus jaga malam di rumah sakit. Bahkan ada orang tua yang pulang kerumah mereka di ataspukul 21-.00.

Di kota besar para orang tua harus keluar rumah bahkan sebelum subuh dimana anak-anak mereka terkadang belum bangun. Sore hari mereka pulang malam saat anak-anak sudah bermimpi. Apa yang harus para orang tua ini lakukan, jika mereka tak bekerja maka mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan anaknya.

Padahal gerakan 1821 ini bertujuan untuk mengembalikan peran dan tanggungjawab, serta rasa percaya diri orang tua dalam mendidik dan mengasuh anak-anaknya, sehingga terbangun interaksi positif antara orangtua dan anak. Inilah yang sudah dilupakan para orang tua di era millenium saat ini. Orang tua sibuk dengan aktifitasnya yang luar biasa padat mengejar kehidupan dunia secara berlebihan, sehingga anak-anaknya terabaikan. Para orang tua beranggapan bahwa apa yang diterima oleh anak-anaknya di bangku sekolah dan ditempat les private sudah cukup. Padahal lebih jauh dari itu anak-anak juga perlu sentuhan rohani yang terbuka luas diterimanya dari orang tuanya sendiri.

Pada dasarnya anak-anak bukan hanya membutuhkan materi tapi yang lebih penting lagi adalah perhatian dan kasih sayang. Perhatian dan kasih sayang orang tua akan membentuk karakter yang kuat pada diri anak sehingga anak-anakkita tumbuh menjadi pribadi yang santun,menyangi sesama dan selalu empati pada orang lain,

Jika gerakan sederhana ini dapat kita wujudkan, maka kita akan mengambil peran untuk turut mengeliminasi persoalan kenakalan dan kejahatan pelajar, sekaligus berperan menciptakan generasi penerus yang lebih berkualitas yang bebas dari hal-hal negatif. Gerakan ini juga diharapkan mampu menahan laju dampak negatif dari kemajuan teknologi dibidang komunikasi yang nyaris tanpa batas dewasa ini. Sebagai orang tua, kita harus berani tega kepada anak-anak kita sendiri. Tega demi masa depan mereka sendiri, dan tega dalam rangka merangkul mereka kembali untuk bisa 'menyatu' dengan kita. Anak-anak kita harus berada dalam jangkauan kita dan kita harus tahu apapun yang di-lakukannya.(Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhori).

Ayah- Bunda, ketahuilah anak-anak bermasalah seperti itu memang bermasalah karena pengaruh pergaulan atau temannya. Tetapi itu sebenarnya hanya akibat, bukan penyebab utama. Lalu siapa penyebab utamanya? Ya orangtualah! Anak-anak itu sejak 0 tahun lebih duluan kenal orangtua atau temannya? Orangtuanya kan? Lebih lama hidup dengan orangtua atau temannya? Orangtuanya kan? Jadi karena orangtua lebih duluan kenal anak, lebih lama hidup dengan anak, daripada dengan teman-temannya, maka menurut Ayah- Bunda pengaruh siapa yang seharusnya lebih besar? Orangtua atau teman? Tentu orangtua bukan?

Jadi, jika ada anak lebih terpengaruh teman bukan terpengaruh orangtua, tandanya apa? Tandanya orangtua tak memberikan pengaruh. Mending jika pengaruh temannya positif, bagaimana jika pengaruh temannya negatif? Musibah.

Ini tidak berarti anak yang lebih terpegaruh teman, orangtuanya tidak mempegaruhi. Saya yakin sebagian besar orangtua yang anak bermasalah di dunia sudah mencoba mempengaruhi anak. Tapi pengaruhnya tidak masuk! Kenapa tidak masuk? Karena sebagian orangtua memberikan pengaruh pada anak, pendekatannya tidak tepat!

Seperti gelas yang terus diisi air terus menerus. Jika isi air tidak pernah dikeluarkan apa yang akan terjadi dengan gelas, jika gelas itu terus diisi air? Tumpah kan? Jika tumpah artinya air ini masuk tidak ke dalam gelas? Karena gelasannya kepenuhan. Bayangkan jika gelas itu anak dan air itu adalah “pesan-pesan” kebaikan orangtua.

Ayah –Bunda bisakah kita berpuasa dari ber FB ria,ber WA ria, Sar-ser sini, Sar-ser sana demi untuk anak-anak kita tercinta. Jangan takut ketinggalan berita hangat dan jangan kecewa juga saat kita salah paham atas berita yang baru saja kita buka. Tapi kita tetap berusaha untuk mengikuti perkembangan tekhnologi tapi tetap mengasuh anak-anak kita ,karena ada tranggung jawab yang besar dibalik kepercayaan Allah menitipkan anak-anak pada kita.

Maafkan daku teman-teman Mediaguru jika aku sering ketinggalan Infoaku hanya berusaha mengurangi Ber sar ser ria demi ke empat putra putriku yang ku asuh sendiri tanpa asisten rumah tangga. Semoga anak-anak kita tumbuh menjadi anak-anakyang bakti pada Allah dan orang tua dan bermanfaat bagi orang lain. Aamiin. Salam litersi.

Surabaya , 8 April 2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post