Sebenarnya cerita ini akan ku simpan sendiri, tapi lama-lama keinginan untuk berbagi tak terbendung lagi.Akan kuceritakan tentang penghuni lain di kamar 223 hotel saat pelatihan di Solo.

Sejak memasuki kamar sebenarnya sudah terasa aura lain di dalam kamar, tapi aku mengalihkan perhatian mereka dengan berbagai cara. Aku tak ingin adik-adik teman sekamarku mengetahui kalau ada penghuni lain di kamar ini.

Kejadian demi kejadian kami alami tapi aku tetap diam saja, ya sudahlah pikirku. Yang penting tak ada ganguan fisik pada kami. Tapi yang membuat aku kesal dan ingin aku ceritakan penghuni itu berhasil membuat aku merasa kacau.

Setelah handuk dan sikat gigi yang hilang lalu benda keayanganku disembunyikan.Uh rasanya aku pingin memaki,tapi untuk apa. Biarlah nanti juga dikembalikan fikirku. Mau tau ceritanya.

Pada hari kedua aku kehilangan lipstik. Bu Wida dan Bu Sofi ikut membantu aku mencarinya ke setiap sudut. Lipstik tetep tidak ditemukan. Aku pasrah Mahmud tanpa lipstik apa jadinya...

Akhirnya setiap habis mandi dan memakai bedak aku pinjam pada Bu Sofi hingga hari terakhir pelatihan. Saat hendak pulang aku membereskan semua pakaianku dengan teliti mulai dari bawah koper hingga atas koper ku susun dengan rapi. Setelah selesai koper aku kunci dan gemboknya ku masukkan dalam dompet dan dompet itu kusimpan dalam tas ransel yang tak pernah ku lepaskan. Tapi sebelum keluar kamar aku berbicara dalam hati, awas saja kalau lipstikku tidak dikembalikan, sambil berlalu meninggalkan kamar 223.

Kamipun pulang dengan semangat menuju bandara. Semua tetap sabar walau delay hingga 4 kali. Akhirnya kami sampai di rumah masing-masing dengan selamat.

Tibalah saat aku mulai membereskan barang bawaanku. Aku mulai membuka kunci yang tetap menempel rapi di koperku. Saat koper terbuka.... di posisi paling atas mataku terbelalak.. Waw... benda kesayanganku ada di situ.... oh.... lipstikku kembali dengan selamat......