Rita Erwiyah

Rita erwiyah saat ini bertugas sebagai kepala sekolah SDN DR> Sutomo V/237 surabaya...

Selengkapnya
Navigasi Web
SPPD .... AH .... SPPD

SPPD .... AH .... SPPD

“ SPPD ..... OH ..... SPPD “

Oleh : Rita Erwiyah

Malam semakin larut, suara dengkuran suami semakin keras, sementara mataku semakin enggan terpejam. Akupun bangkit lalu perlahan aku menuju ruang tamu sambil mengecek pintu dan jendela.

“ Ah, aman sudah terkunci semua.” Aku berguman dalam hati.

Tiba – tiba hpku bergetar,aku berfikir pasti anggota grup Komando kesayanganku banyak yang lembur. Akupun iseng-iseng membuka Hp tapi sebelum membuka grop aku melihat ada tanda sms masuk ke hpku. Siapa yang sms saat laru begini? Fikirku.

“ Selamat malam bpk/Ibu saya Rodemah dari Direktorat Pembinaan Guru Dikdas, mau menginfokan kalau Bpk/Ibu diundangdi kegiatan Bintek literassi guru Dikdas yang akan dilaksanakan tgl 3-6 April di Solo. Untuk info lebih lanjut mohon dicek di email tks.” Demikian bunyi sms itu dan sy waktu terkirim pukul 23.15.

Aku belum percaya, ini sms beneran apa orang iseng ya? Kutunggu beberapa saat tak ada sms lagi . Akupun memutuskan untuk tidur dan istirahat dan beok pagi biar di cek email lewat sekolah, paling sms iseng.

Pagi ini aku ke sekolah seperti biasanya, seperti rencana tadi malam aku mulai membuka komputer dan mulai mengecek email masuk. Dan ternyata benar ada tanda satu email yang belum terbaca. Hatiku mulai berdebar, ya Tuhan semoga sms tadi malam benar dan aku akan ikut pelatihan di Solo. Dengan penuh harap jari mungilku mengklik tanda email masuk yang belum dibaca.

Aku mendeah panjang, kutarik bahuku dan dengan perlahan menyandarkan badanku ke kursi kepala sekolah yang empuk. Ternyata hanya kode ferifikasi SPT tahunan pajak dari E-filling.

“ Pajak... Pajak...” aku berguman gusar. Apalagi di kepala mulai menari-nari bayangan wajah polos gayus yang sering menunduk saat mengikuti persidangan. Ah, wajah itu menambah kegusaranku. Aku cepat-cepat beristighfar dan mencoba perlahan-lahan menepis wajah ganteng koruptor pajak itu.

Akupun kembali disibukkan oleh rutinitasku, setumpuk legalisiran ijazah yang tidak seperti biasanya dari dua SD yang berbeda belum lagi jilidan dan RPP tema bulan ini ditambah absen guru kelas guru yang menunggu aku cek dan aku tanda tangani sebagai bukti mereka rutin mengabsen anak-anak di kelanya masing-masing. Aku menarik alis perlahan ,sebanyak ini..? Oh iya aku baru nyadar kalau ini tanggal terakhir bulan Februari. Tapi legalisiran kok banyak, aku coba membantah sendiri.

“ Mbak kok legalisiran banyak Mbak, rangkap sepuluh tiap suratnya tambah rapot.” Aku mencoba mencari info pada TU kesayanganku.

“ Iya bu, itu anak-anak yang mau daftar Taruna Bu,semua surat rangkap sepuluh.” Sang TU cantik menjawab. Aku hanya diam dan berdoa spontan semoga murid- muridku ini berhasil dalam cita-citanya. Lalu ku amini sendiri.

Pukul 08.10 WIB telp berdering, barulah pekerjaanku selesai. Hp mulai kubuka ingin mengecek grop kesayanganku, dan fantastis 700 lebih peswan belum terbaca, waw memang grop gendeng manan semir, aku tersenyum sambil membayangkan wajah-wajah mereka padahal aku banyak belum mengenal mereka tapi rasanya mereka selalu ada di dekatku,lalu satu persatu wajah Ceo kesangan kami dan Pemred kocak membuat aku tersenyum sendirian.

Satu persatu kubaca pesan di grop dan pertanyaan ku terjawab sudah, undangan Kemendikbud jadi topik hangat dalam grou ini. dari grop ini juga aku melihat ada namaku di daftar peserta diklat , aku langsung menuliskan dalam grop “Trims Bunda Ari, I Love You ” percakapan grop aku hentikan dan mulai ngeprin undangan, daftar peserta, jadwal kegiatan dan SPPD.

Pukul 09.45 WIB telp berdering ternyata dari salah saturekan kepala sekolahku yang memberi kabar bahwa kami dipanggil pengawas untuk mempersiapkan OGN kecamatan Tegal Sari yang akan dilaksanakan hari senin tanggal 3. Aku tersentak, mengapa aku lupa pada tugasku hingga membuat pengawas turun tangan dan aku baru sadar kalau hari ini hari jumat, besok sabtu kantor tutup lalu aku ingat SPPDku belum di tanda tangani atasan.

Dengan penuh harap aku berangkat ke kantor UPTD untuk memenuhi panggilan pengawas dan sekalian bawa SPPD untuk ditandatangani. Etelah semua urusan kepanitiaan OGN selesai barulah aku menghadap untuk tanda tangan SPPD.

“ Maaf Bu, Ibu Kepala UPTD ada acara di kantor walikota bersama sekretaris, ibu langsung ke dinas kota aja.” Toeng..... aku rasanya ingin menjerit karena kulihat sudah pukul 10.05 WIB.

Dengan sejuta harapan akupun menuju kantor Dinas Pendidikan Kota Surabaya, perjalannan 20 menit dengan kecepatan tak tentu karena macet jadi penghambat.

“ Aduh BU, mengapa baru sekarang kesini, emangnya saya bisa bim salabim... SPPD harus di ketik surat tugasnya bu . Ini hari jumat Kabid juga gak di tempat Sekretari juga keluar.” Itulah kata-kata pertama yang menyambut kedatanganku di dinas kota. Walau aku coba membela diri tetap saja ibu yang satu ini nyerocos kayak kaleng rombeng yang ditendang di jalanan. Aku sedikit gusar mendengar kata- kata keluhannya.

“ Ibu tunggu di luar.” Perintahnya. Aduh kok gini? Pegawai baru kayaknya ini aku berfikir karena selama ini aku belum melihatnya. Apakah ini efek dari mutasi bear-besaran di dinas kota Surabaya sehingga banyak pegawai yang dimutasi di tempat lain. Aku sabar menunggu. Di tengah penantianku aku teringat teman-teman dari Surabaya yang ikut pelatihan. Apakah mereka sudah tanda tangan dinas ya? Karena dari postingan Bunda ari bahwa sebaiknya SPPD di tandatangani dinas. Aku kembali menghadap ibu tadi dan menyampaikan apa yang baru terlintas difikiranku.

“ Kok gak bilang dari tadi Bu, sy sdh ngeprin ini. ya sudah ,ada tiga orang ya?” Tanpa menunggu jawaban dariku dia langsung menulis data temanku yang ikut pelatihan dari Surabaya dan beberapa menit kemudian beliau memanggilku dan menyuruh aku berdoa agar lancar tanda tangannya karena waktunya sangat mepet. Wajah belaiu terlihat jelas panik adan khawatir. Aku berfikir ternyata ibu yang satu ini baik kok, terlihat benar kalau dia sungguh- sungguh ingin menolongku.

Beberapa saat dia kembali dan tambah panik,aku sempat berfikir yang mau berangkat siapa yang panik siapa.

“ Bu, Pak Aston tidak di tempat. Gimana ini, saya coba buatkan Kadis aja ya yang tanda tangan.” Pertanyaan yang tak perlu jawaban gumanku, karena tanpa saya jawabpun dia sudah bekerja dan mengganti nama sekretaris menjadi kepala dinas, waw keren fikirku.

Setelah surat di prin beliau mengajak aku ikut serta untuk menghadap Kepala Dinas. Akupun ikut saja hingga ke depan pintu Pak Kadis aku dianjurkan menunggu. Beberapa saat kemudian ibu yang tidak sempat ku tanya namanya itu kembali menampakkan wajah cemas di depanku.

“ Ada apa bu? Bapak juga tidak ada?” Aku memberanikan diri bertanya.

“ Bapak tidak mau tanda tangan.”

“ Apa....??????” jantungku terasa berdegup kencang, amarahku terasa mau naik ke ubun-ubun, ini undangan Kemendikbud rek...!” aku berteriak walau dalam hati. Siapa dia berani-beraninya tidak mau tanda tangan gumananku berlanjut.

“ Bu, Aku titip ini ya.” Lamunanku dibuyarkan ibu tadi. Dia menyerahkan hp,dompet dan map padaku. Aku bingung ada apa, kok ibu ini percaya banget menitipkan barang berharga padaku.

“ Tolong pegang dulu ya, maaf tadi ibu panik hingga namanya pak Aston yang dipermohonan tanda tangan tidak ibu ganti, la pak Ihsan gak mau tanda tangan wong namanya pak Aston.” Tanpa menunggu jawabanku ibu itu berlari ke lantai dua untuk mengganti nama yang tertera di kertas kecil permohonan tanda tangan SPPD.

Aku bertambah tidak karuan, sambil memegang barang ibu tadi aku tertegin sendiri, perasaan beralah muncul,kulirik jam di hp ibu tadi pukul tiga sore. Perasaan bersalah semakin menggodaku.bersalah pada ibu tadi, ternyata dia berniat tulus membantuku hingga karena paniknya memikirkan aku salah menempelkan nama,bersalah pada kepala dinasku dan seribu peraaan muncul silih berganti.

“ Ibu duduk aja !” suara itu membuat lamunanku bercerai berai. Ternyata ibu itu telah kembali dengan SPPD dan Surat Tugas ditangannya.Aku menggangguk sambil tersenyum tuluuuuus banget kupersembahkan untukmu Ibu...,bathinku bicara.

Beberapa saat kemudian sang Ibu keluar sambil tersenyum lega dan mendesah panjang hingga aku terpesona melihat senyumannya.

“ Ya Allah, kadang manusia hanya menilai luarnya saja,ampuni aku ya Allah,aku sempat membuat penilaian yang buruk tentang wanita ini, ternyata... hatinya sebersih senyumannya saat ini.” aku malah malu pada diriku sendiri.

“ Ibu, kok bengong. Ini suratnya sudah selesai. Jangan lupa fotocopi untuk arsip ya bu. Dan selamt jalan semoga acaranya lancar, ibu hanya bisa mendoakan.” Kata –kata itu semakin membuat aku malu. Aku mengangguk pelan sambil memegang tangannya sambil menucapkan maaf dan terima kasih padanya.

Aku pulang dengan perasaan masih bersalah, karena SPPD ini aku dapat pembelajaran yang sangat berharga, SPPD ... ah ... SPPD akan kusimpan sebagai kenangan di lubuk hatiku yang dalam.

Kupersembahkan untuk sang ibu yang telah membantuku dan lupa untuk bertanya siapa namanya. Semoga Allah selalu melindungi beliau Aamiin.

Solo, 4 April 2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

inikan belajar nulis.... semoga persaudaraan kita tetap terjaga

04 Apr
Balas

Tulisan yang kereeennnn Terim kasih bunda atas perjuangannya

04 Apr
Balas

Jazakillah bu rita atas sppd nya

04 Apr
Balas



search

New Post