Hari yang dinantikan tiba. Hampir genap dua tahun Rudin berjuang keras untuk mencapai momen ini. Akhirnya dia bisa mewujudkan keinginan wanitanya untuk pergi berlibur ke Bali. Meskipun pendemi belum mereda tak menghalangi tekadnya. Tiket pulang pergi bahkan hotel untuk menginap telah dibooking. Tak sabar baginya untuk segera berjumpa mentari esok hari.

Dibandara ia segera menghampiri wanitanya yang telah lebih dulu sampai. Betapa bahagianya dua sejoli yang lagi dimabuk cinta. Peluk erat kecup kening ketika bersua. tangan mereka saling bertaut sepanjang lorong menuju pesawat. Dibenak mereka berdua, dunia ini penuh pelangi warna warni serasa milik berdua yang lain numpang. Ini adalah bulan madu yang tertunda. Ada rasa bersalah dibenak Rudin namun segera ditepis wanita tersebut dengan mengatakan “Aman sayang, kan kita telah menikah secara bathin”.

Sesampainya dikursi penumpang kemesraan tetap berlangsung, tapi ketika seorang laki-laki menaruh kopernya dibagasi yang tepat berada diatas kursi mereka wajah Rudin langsung pucat pasi, badannya kaku seperti patung. Padahal laki-laki tersebut hanya menyunggingkan seulas senyum. Apa yang harus Rudin katakan nanti kepada isterinya jika dia bukan terbang ke Pontianak melainkan ke Bali. Karena laki-laki tersebut adalah kakak iparnya, yang juga merupakan tetangga wanitanya.

*Pateh Kota, 15012021