Menangkap Tuyul
Suatu hari wawan diajak pamannya untuk menangkap tuyul disebuah rumah kosong. Karena tidak berani sendirian maka wawan mengajak serta lima orang temannya. Mereka sudah mempersiapkan semua peralatan dari piring seng sampai harus mengenakan pakain serba putih. Sesampainya mereka dirumah kosong yang gelap tersebut, mereka diminta untuk menyalakan lilin dan meletakkan bagaian bawah piring tersebut diatas nayala api sambal dibimbing untuk melafalkan beberapa mantera sebagai pemikat tuyul.
Selesai membaca mantra mereka diminta untuk mengosok-gosok bagian bawah piring tersebut. Meniupkannya kesamping kanan dan kiri kemudian mengosokkan kebagian muka dan tangan. Setelah itu mereka dibimbing ke sebuah ruangan berbau apek sangat menusuk hidung. Berbarislah mereka berenam yang sudah tidak sabar melihat rupa bentuk tuyul tersebut . sesuai arahan pamannya Wawan.
Jreeeng, ruangan yang tadinya temaram berubah terang benderang, didepan mereka ada sebuah cermin besar yang memantulkan bayangan mereka. Nah.. ini dia tuyulnya. Ucap paman Wawan sambal ngakak nunjuk cermin. Wawan dan temanya hanya bisa tersenyum kecut melihat pantulan diri mereka penuh coreng moreng akibat jelaga dari nyala lilin yang menempel dipiring seng.
*Pateh Kota, 31 Desember 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen pentigrafnya, Bunda. Salam literasi
Terimaksih pak Dede Saroni, sukses dan bahagia selalu. Salam literasi