Mataku nanar, detak jantungku ikut berdetak kencang. Melihat jam dimejaku menunjukkan pukul 23. 35 menit, astagfirullah belum menulis. Rupanya aku tertidur. Segera aku bergegas untuk menghidupkan si lepi kesayangan segera menorehkan rasa yang ada.

Sudah beberapa hari ini aku merasa daya imunku turun drastis, meriang panas dingin. Mungkin dampak asam lambung yang melambung waktu berlibur sebelumnya. Undangan pernikhan karyawan terpaksa aku lewati, khawatir dengan gejala yang aku milki. Jadwal untuk mengantar adek balik pondok terpaksa diundur sehari karena umminya lagi sakit.

Alhamdulillah sore siang tadi kondisiku kembali pulih. Dengan penuh keceriaan kami mengantar si bungsu untuk balik pondok. Ada rasa sedih setiap berpisah mengantarnya kesana, tapi keinginan agar ia memiliki bekal untuk masa depan lebih mendominasi membuatku selalu menahan bendungan air mata. Biarlah bergulir disetiap doa-doa panjangku. Alhamdulillah dua gadisku tahun ini akan melanjutkan jenjang studi, kakak menepaki perguruan tinggi dan adek memasuki sekolah lanjutan atas. Mudahan sellau diberikan kemudahan dan kelapangan. Aamiin.

Pulang dari pondok kondisiku drop lagi meriang mulai menyerang, panas dingin sekuju tubuh, ku cek nafas berhembus dengan normal dan tidak ada sesak. Namun pinggang mulai terasa nyeri. Mataku juga merah. Bakda maghrib akupun berbaring berharap untuk pulih, setelah menegak segelas air yang telah kucampur dengan imogen propilis. Alhamdulillah masih diberikan Allah kesempatan untuk kembali pulih dan menorehkan ceritaku hari ini.

*Pateh Kota, 09012021