Sore ini, Jakim duduk santai di teras bersama Icih dan anak tunggalnya, Fauzan. Hujan rintik jatuh menimpa atas baja ringan rumahnya menghasilkan irama beraturan, sambil sesekali terdengar bacaan salawat yang lirih diucapkan Icih. Mereka bercengkerama hangat dibalik cuaca dingin. Teh manis panas dan beberapa pisang goreng tersaji menemani obrolan mereka sambil menunggu saat azan Maghrib tiba. Obrolan ringan disertai tawa Jakim sekeluarga mampu menghangatkan cuaca yang dingin, senyap dan redup.

Mengawali cerita, Jakim bersuara. Sambil sesekali mengunyah pisang goreng dan menyeruput teh manis panas, Ia menceritakan masa sekolahnya dulu. Lalu ia berpesan agar Fauzan anaknya harus menjadi anak yang pintar, supaya tidak menjadi orang bodoh seperti dirinya.. Icih manggut-manggut turut serta menguatkan nasehat suaminya untuk Fauzan. Setelah selesai, Icih meminta Fauzan menceritakan kejadian saat Fauzan sekolah tadi pagi.

Fauzan meletakkan hapenya di atas meja lalu mulai menceritakan kisahnya tadi pagi saat dia berada di sekolah bersama teman-temannya. Pada pelajaran Bahasa Inggris, Fauzan dan kawan kawan melaksanakan pembelajaran berkelompok. Bu guru memberikan tugas menyusun paragrap acak teks narratif dilanjutkan membuat lima pertanyaan berdasarkan isi teks. Tiba-tiba Agil, teman satu kelompoknya meminta Fauzan untuk transfer. "Transfer, transfer, buruan,"begitu ucapnya pelan karena Bu guru sedang berada disampingnya. "Bukan transfer Gil, tapi Translate," Fauzan membetulkan. Mendengar cerita Fauzan, Jakim dan Icih tertawa lucu.