Riza Fitrianingsih

Nama : Riza Fitrianingish Profesi : Guru Tempat mengajar : MA Terpadu Misykat Al-Anwar Jombang Organisasi : Korps. Pelatih Pembina Pramuka Kabupaten Jombang...

Selengkapnya
Navigasi Web
REFLEKSI DALAM PEMBELAJARAN METODE PROBLEM BASED LEARNING
Menganalisis pokok masalah melalui video dengan diskusi kelompok

REFLEKSI DALAM PEMBELAJARAN METODE PROBLEM BASED LEARNING

REFLEKSI METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

(BERDAMPAK PADA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH)

Di MA Terpadu Misykat Al-Anwar Jombang

(Studi Refleksi Pembelajaran Menggunakan Metode STAR)

Oleh: Riza Fitrianingsih

Pembelajaran abad 21 merupakan suatu peralihan pembelajaran dimana kurikulum yang dikembangkan menuntun sekolah untuk mengubah pendekatan pembelajaran dari teacher centred menjadi student centered. Hal ini sesuai dengan tuntutan masa depan dimana peserta didik harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar. Kecakapan-kecakapan tersebut antara lain kecakapan memecahkan masalah, berpikir kritis, kolaborasi, dan kecakapan berkomunikasi. Model pembelajaran dalam pembelajaran Abad 21 terdapat konsep menggunakan 4C, diantaranya: (1) Critical Thinking and Problem Solving (Berpikir Kritis & Pemecahan Masalah), (2) Creativity and Innovation (Daya Cipta dan Inovasi), (3) Collaboration (Kerjasama), dan (4) Communication (Komunikasi).

Salah satu konsep pembelajaran abad 21 yaitu konsep Critical Thinking and Problem Solving (Berpikir Kritis & Pemecahan Masalah). Berpikir kritis merupakan suatu proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain . Berpikir kritis secara esensial adalah proses aktif dimana seseorang memikirkan berbagai hal secara mendalam, mengajukan pertanyaan untuk diri sendiri, menemukan informasi yang relevan untuk diri sendiri daripada menerima berbagai hal dari orang lain dalam konsep ini peserta didik belajar memecahkan masalah yang ada dan mampu menjelaskan, menganalisis dan menciptakan solusi bagi individu maupun masyarakat. Peran peserta didik dalam penerapan pembelajaran abad 21 adalah belajar secara kolaboratif, belajar berbasis masalah, memiliki kemampuan high order thinking, serta belajar mengajukan pertanyaan.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis akan merefleksikan hasil kegiatan pembelajaran yang telah penulis lakukan pada tanggal 3 November 2022, penulis merupakan guru di lembaga MA Terpadu Misykat Al-Anwar dalam naungan Yayasan Al-Aqobah Al-Hidayah yang beralamat di Jalan MINHA nomor 1 Desa kwaron, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur. Berikut refleksi pembelajaran menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) Pada materi Menganalisis unsur-unsur intrinsik pembangun cerita pendek di kelas 11, metode refleksi pembelajaran menggunakan metode STAR (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)

1. SITUASI

Kondisi yang menjadi latar belakang yang dijadikan penulis sebagai pokok permasalahan dalam kegiatan pembelajaran, diantaranya: (1) Model Pembelajaran yang digunkan guru masih monoton tidak menyesuaikan dengan karakteristik siswa dan materi yang disampaikan, (2) Menggunakan model pembelajaran yang inovatif dirasa rumit dan memerlukan waktu yang lama dibanding dengan model yang monoton (ceramah dan penugasan), (3) Guru merasa nyaman dengan hanya menggunakan satu pendekatan di semua materi dalam pembelajaran, yang penting ada proses pembelajaran dan materi yang disampaikan sesuai target, (4) Terkadang model pembelajaran yang sudah direncanakan, mengalami kendala. Sehingga, kembali menggunakan model pembelajaran yang sederhana (ceramah dan tanya-jawab), (5) Guru kurang memantau dan melakukan refleksi diri dalam menganalisis apa yang menjadi kebutuhan belajar siswa, (6) Siswa kurang semangat dalam mengikuti pembelajaran karena guru kurang kreatif dalam mengajar. (7) Siswa tidak suka materi yang disampaikan sehingga timbul rasa jenuh dan tidak fokus.

Berdasarkan uraian pokok permasalahan yang terjadi di lingkungan madrasah, maka penulis melakukan praktik baik dalam pembelajaran dengan menggunakan metode problem based learning perlu dilaksanakan karena beberapa hal, diantaranya: (1) Sebagai tolok ukur kemampuan guru dalam menyelaraskan antara rancangan yang telah disusun adan kegiatan yang dilaksanakan, (2) Dapat dijadikan sebagai referensi atau berbagi pengalaman dalam hal merancang modul ajar hingga evaluasi pembelajaran, (3) Peserta didik mayoritas memiliki gaya belajar yang Audio Visual dan kinestetik, dimana dalam pembelajaran jika hanya menerapkan metode ceramah mereka akan cepat bosan konsentrasi juga tidak maksimal, (4) Pentingnya melatih peserta didik dalam berpikir kritis disetiap langkah pembelajaran tentunya menjadi alasan penulis untuk memberikan metode dan strategi dalam pembelajaran yang tepat dan inovatif, dan (5) Pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi sebagai media interaktif dalam kegitana pembelajaran.

Peran dan tanggung jawab penulis dalam melakukan kegiatan pembelajaran ini tidak terlepas dari kerja sama dari berbagai pihak, meliputi: kepala madrasah, dewan guru dan staff, peserta didik, dan lingkungan sekitar demi kelancaran dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Disamping dukungan dari berbagai pihak, penulis juga melakukan berbagai kegiatan mulai dari merencanakan kegaiatan pembelajaran hingga melakukan evaluasi pembelajaran.

2. TANTANGAN

Dalam proses kegiatan pembelajaran tentunya tak lepas dari berbagai tantangan dan kendala baik pada kegiatan perencanaan hingga kegiatan evaluasi pembelajaran. Sarana dan prasarana merupakan hal yang tidak boleh terlewatkan dalam daftar persiapan kegiatan pembelajaran, karena sangat berperan penuh dalam mengawal kelancaran secara penuh dalam kegiatan pembelajaran, daiantaranya: ruang belajar, jaringan internet (jika dibutuhkan), aliran listrik, alat, media pembelajaran, dan sarana dan prasarana lainnya yang dibutuhkan. Katerlibatan berbagai pihak yang dibutuhkan juga tentu membutuhkan koordinasi yang tepat dan cepat. meskipun sesama guru juga melaksanakan pembelajaran, namun tentu komunikasi juga dibutuhkan supaya proses kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lancar dan tepat sasaran tanpa menggangu kegiatan yang lainnya.

Peserta didik merupakan model utama yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran, perlunya kesiapan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran sangat dibutuhkan karena fokus pembelajaran ada pada peserta didik yang disebut student center. Dalam hal ini lingkungan tempat penulis mengajar merupakan lingkungan pondok pesantren, dimana terdapat berbagai karakter peserta didik dengan beragam pembiasaan. Sehingga konsep pembelajaran di madrasah penulis memiliki kebijakan yang unik dibanding madrasah yang lain, diantaranya: memberi kebebasan dalam berpakaian yang rapi dan sopan dan ruang belajar yang bervariatif dan lesehan dengan konsep setiap tempat dapat digunakan untuk belajar. Oleh karena itu untuk meminimalisir kendala dan bisa melewati tantangan dalam proses pembelajaran, perlunya saling kerja sama dengan berbagai pihak yang telah disebutkan sebelumnya.

3. AKSI

Dalam menghadapi tantangan, maka penulis melakukan langkah-langkah khusus untuk meminimalisir kendala atau menghadapi tantang dengan tepat. Diantaranya: (1) menentukan pokok masalah yang harus diselesaikan. Pokok masalah yang penulis temukan yakni proses pembelajaran di kelas mayoritas monoton hanya menggunakan model ceramah dan penugasan, tidak ada kegiatan yang berpusat pada peserta didik, guru kurang inovatif dalam memanfaatkan media dalam pembelajaran. (2) Berkoordinasi dengan pihak madrasah, berdasarkan pokok masalah tersebut penulis melakukan kordinasi dengan berbagai pihak, meliputi: kepala madrasah, guru, staff, dan peserta didik, serta pihak lain yang dibutuhkan demi tercapainya tujuan. (3) Melakukan kajian literatur. Penulis melakukan kajian literatur melalui kegiatan wawancara dengan pihak yang berasangkutan dan kajian hasil baca berbagai referensi. (4) Menentukan Solusi dan Alternatif Solusi. Penulis menentukan solusi sesuai pokok masalah tersebut, meliputi: penerapan model dan strategi pembelajaran yang lebih inovatif dimana proses pembelajaran harus berpusat pada peserta didik dan media pembelajaran yang membantu peserta didik lebih kreatif dalam memecahkan masalah sesuai topik yang ditemukan.

Problem Based Learning (PBL) salah satu metode yang penulis pilih dikarena sesuai dengan tujuan pembelajaran yakni peserta didik dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah baik indovidu maupun berkelompok dalam materi menganalisis unsur-unsur intrinsik pembangun teks cerita pendek. Disamping itu menentukan media pembelajaran juga harus disesuaikan dengan materi dan karakteristik peserta didik, maka penulis memanfaatkan media pembelajaran “Papan Permainan Terajana” yang diambil dari media milik KPK RI. Penulis mengkolaborasikan media papan permainan model monopoli dengan materi pembelajaran dengan maksud supaya perserta didik disamping mendapatkan materi pembelajaran, mereka juga mednapat wawasan tentang pemahaman nilai-nilai antikorupsi dengan kata lain penulis menginsersikan pendidikan antikorupsi dalam mata pelajaran.

Sintaks Problem Based Learning (PBL) yang penulis terapkan dalam pembelajaran. Berikut langkah-langkah PBL: (1) Mengorientasikan siswa pada masalah, (2) Mengorganisasikan kerja siswa, (3) Melakukan penyelidikan atau penelusuran untuk menjawab permasalahan (4) Menyusun hasil karya dan mempresentasikannya, dan (5) Melakukan evaluasi dan refleksi proses dan hasil penyelesaian masalah. Semua langkah-langkah tersebut dalam dijabarkan dalam merancang modul ajar atau RPP, berikut contoh menggunakan metode PBL, lihat paranala: https://drive.google.com/file/d/1b2mavr-YcwZS6KHHsSjAPLOwmFVco_iy/view?usp=share_link

4. Refleksi Hasil dan Dampak

Bersadarkan hasil penerapan metode Problem Based Learning melalui media pembelajaran viasul dan audio-visual, mampu memberikan dampak positif bagi pemahaman peserta didik terutaman kemampuan dalam memecahkan masalah yang ditemui baik secara individu maupun kelompok. Selain itu, metode PBL juga sesuai dengan pembelajaran abad 21 dimana kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik juga lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran karena peserta didik dapat menemukan dan memecahkan masalah sendiri, guru sebagai fasilitator dan mengevaluasi secara keseluruhan di akhir kegiatan pembelajaran. Berdiskusi sebagai ciri utama dalam penerapan metode PBL, oleh karena itu penulis mengorganisasikan peserta didik berdiskusi dan bekerja sama dalam kelompok baik kegiatan penelusuran maupun presentasi. Melalui kegiatan diskusi ini penulis memberikan pemahaman tentang nilai-nilai antikorupsi yang meliupti: jujur, adil, berani, bertanggung jawab, sederhana, peduli, pekerja keras, mandiri, dan disiplin.

Gambar: kegiatan diskusi dan presentasi

Kegiatan keseluruhan dapat disimak melalui media youtube dengan pranala sebagai berikut: https://youtu.be/7ptBc8pIHlY. Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode Problem Based learning dan pemanfaatan media pembelajaran baik visual dan/ atau audio visual lebih membawa dampak yang nyata dan secara langsung baik penulis sebagai guru dan peserta didik, sehingga menimbulkan komunikasi dua arah yang saling berkolaborasi secara aktif.

Berdasarkan paparan secara keseluruhan refleksi dalam pembelajaran tentang penerapan metode Problem Based Laerning (PBL) yang telah penulis terapkan dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia pada materi menganalisis unsur-unsur intrinsik pembangun teks cerita pendek kelas 11 di MA Terpadu Misykat Al-Anwar. Oleh karena itu hal-hal yang perlu diperhatikan supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai, diantaranya: (1) Berbagai pengalaman yang dapat dijadikan referensi dalam materi. (2) Mengajar dengan baik dan tepat sasaran (sesuai tujuan pembelajaran). (3) Perlunya menganalisis pokok permasalahan yang dialami peserta didik untuk menentukan solusi dan strategi yang tepat dalam kegiatan pembelajaran. (4) Membuat perencanaan yang tepat dan selengkap mungkin (modul ajar beserta lampiran-lampiran). (5) Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai perencanaan yang disusun, (6) melaksanakan evaluasi dan rencana tindak lanjut.

Semoga refleksi penulis ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk diterapkan pada seluruh materi pembelajaran baik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia maupun mata pelajaran lainnya dengan menyesuaikan karakteristik peserta didik. Guru bagaikan sutradara dalam kegiatan pembelajaran kesuksesan dan kelancaran ada ditangan guru, peserta didik sebagai pemain utama dalam proses pembelajaran. Sehingga keduanya hasru berperan aktif demi tercapainya tujuan pembelajaran. Semoga bermanfaat. Salam literasi.

Sumber referensi:

· https://aclc.kpk.go.id/learning-materials/education/boardgame/terajana

· https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/sahabatkarakter/kegiatan/93212a18-7b1e-4f4e-9919-51129308a785.pdf

· https://www.silabus.web.id/problem-based-learning/

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap Bu Riza, salam sukses ya

05 Dec
Balas



search

New Post