Pengalaman Membuat Petis Udang Si Hitam nan Manis
Apabila masakan Korea terkenal dengan bumbu gochujang, dan Jepang terkenal dengan saus shoyu, atau masakan barat banyak menggunakan saus mayonaise, Indonesia boleh bangga dengan bumbu khas daerah pesisir yaitu petis. Sebagai orang Jawa Timur, saya gemar sekali menyantap berbagai kuliner yang menggunakan bahan berwarna hitam ini. Mulai dari rujak cingur, tahu campur, lontong kupang, dan tahu telor yang menurut saya semua hidangan tersebut memiliki cita rasa gurih, manis dan lezat. Bahkan berbagai gorengan seperti menjes, tempe goreng, tahu brontak dan weci akan terasa lebih nikmat jika dicocol menggunakan sambal petis.

Ya, petis adalah olahan yang terbuat dari ikan atau udang yang direbus untuk diambil kuah kaldu atau sari pati nya. Kuah tersebut yang nantinya akan diolah untuk menjadi saus petis. Bagi masyarakat Jawa Timur, bukan rahasia lagi kalau petis yang sedap dan gurih berasal dari daerah Sidoarjo dan Madura. Kita pun tidak perlu jauh-jauh ke daerah tersebut apabila ingin membeli petis. Petis bisa kita mudah dapatkan di pasar terdekat atau toko bahan makanan di kota kita masing-masing.
Tetapi kali ini, saya ingin mencoba sesuatu yang beda. Saya ingin mencoba membuat petis sendiri. Kebetulan saya memiliki udang sebanyak ½ kg. Setelah saya bersihkan dan sisihkan kulit dan kepalanya, kenapa tidak saya olah saja menjadi petis. Begitu pikir saya. Setelah mencari berbagai referensi cara pembuatan petis udang di internet dan youtube, mulailah saya bereksperimen pertama kali membuat petis udang.

Kulit dan kepala udang yang sudah saya pisahkan kemudian saya blender untuk diambil sari-sarinya. Saya memilih untuk mengolah dalam keadaan mentah agar sari pati yang dihasilkan bisa lebih maksimal. Kebetulan saya memiliki blender yang sudah lengkap dengan saringannya sehingga memudahkan saya untuk memisahkan antara ampas dan sari patinya.

Sari pati yang sudah terkumpul, kemudian saya tuangkan ke atas wajan dan dipanaskan dengan api besar. Air yang tadinya terkumpul sebanyak kurang lebih 1 liter, kemudian menyusut dan menyisakan saripati nya saja. Setelah kuah sedikit mengering, saya kecilkan apinya dan menambahkan 3 sendok gula pasir dan setengah sendok teh garam. Kemudian bahan tadi saya aduk terus hingga mengental.

Hmm … petis buatan saya memang jauh dari ekspektasi saya atau bisa dibilang gagal. “Sudahlah, buat sambal saja”, guman saya. Akhirnya petis tadi langsung saya olah menjadi sambal petis. Dengan tambahan bahan seperti bawang merah, bawang putih dan cabai yang sudah saya haluskan, saya kembali mengolah petis yang barusan saya buat. Wah, ternyata rasanya enak juga ya. Bahkan, langsung terbayang masakan telur petis atau lontong kupang.

Ya, namanya juga eksperimen. Kalau baru pertama kali mencoba dan gagal, wajarlah. Beberapa bahan memang tidak saya masukan karena saya sengaja menggunakan bahan yang sudah tersedia di rumah. Contoh gula aren saya gantikan dengan gula putih. Dan, saya tidak menambahkan tepung maizena ke dalam petis yang saya buat. Eits…, petis buatan saya juga tidak bisa dibilang gagal sepenuhnya. Karena setelah diolah lagi sedemikian rupa, rasanya tetap maknyus meskipun bentuk belum menyerupai dengan yang ada di pasaran. Hihihi … kalo olahan sendiri apapun bentuknya tetap makan enak, murah dan sehat kan.
Juli 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi
Terima kasih, Pak.