Rizka Khairani Hasibuan

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Yang Dinanti

Yang Dinanti

Yang Dinanti

Oleh :Rizka Hasibuan

Suara lantunan ayat suci Al Qur'an terdengar sayup-sayup di telinga Ika. Goncangan di kakinya terasa seperti gempa, serta suara ayah terdengar menggelegar dan teramat mengejutkan baginya.

"Ka, bangun dulu, Nak! Masak sayur yah, cepat!" perintah Ayah yang tak bisa dibantah.

Lalu Ika pun bangun dan bergegas mengerjakan. Perintah ayah adalah sesuatu yang wajib dilakukan. Tidak ada satu pun di rumah yang berani menyanggah, apalagi tidak melakukannya.

"Mak, masak apa nih? tanya Ika dari ruang tengah. Mau masuk kamar Emak, tapi keburu dilarang oleh Ayah. Tak lama kemudian suara Emak terdengar.

"Masak daun ubi tumbuk aja yah, Nak!" sahut Emak dari dalam kamar.

Sayur itu merupakan sayur kesukaannya dan adik-adik. Daun pucuk singkong ditumbuk berkuah santan. Dia pun menyiapkan segala sesuatunya dengan mata yang masih sungguh berat. Tak berani bertanya ini itu lagi. Di ruang depan, ayah dan seorang wanita sibuk kasak-kusuk dengan sesuatu yang dia sendiri tidak paham.

Pertama kalinya buat Ika memasak sayur sendirian. Setelah memarut kelapa dan memerasnya, mulailah dia melakukan perjuangan yang sangat berat. Menumbuk di lesung. Rasanya alu lesung yang tinggi menjulang seakan akan jatuh menimpa tubuhnya. Tak lama kemudian adzan shubuh pun berkumandang.

Setelah selesai memasak, Ika membangunkan kedua adik perempuannya. Setelah salat shubuh, dia dan adik yang nomor dua pergi membawa piring kotor dan baju kotor ke tempat pemandian kampung.

Di kampung mereka pemandian umum masih tempat berkumpul pavorit setiap pagi. Anak-anak kampung akan mandi bersama, setelah menyelesaikan pekerjaannya. Seperti mencuci piring dan pakian kotor. Sekaligus, tempat ini akan menjadi tempat berbagi cerita apa saja. Mulai dari kalangan Emak-emak, anak-anak gadis serta anak-anak perempuan seperti ika dan adik-adiknya.

Menjelang pukul 07 pagi, selesailah pekerjaan itu. Mereka pun kembali ke rumah. "Ada apa yah, kok ramai?" ucapnya lirih.

Tak lama kemudian si bungsu yang tomboy pun menghampiri dengan bahagia. Tak peduli pada kakaknya yang masih menjemur kain, dia terus menarik tangan Ika agar segera masuk ke rumah.

Usianya lima tahun, karena belum memiliki adik membuatnya manja. "Kak, ada suara adek bayi di kamar Emak. Eeaakkk..eeaaakk gitu lo, Kak"! celotehnya sambil menarik tangan Ika.

Sadarlah Ika kini, ternyata wanita tersebut adalah Bu Bidan. "Aku punya adik lagi," ujarnya bangga. Buru-buru dia masuk. Tak sabar ingin segera melihat adiknya.

Usia Ika sudah 10 tahun, duduk di kelas 5 SD. Hari ini pertama kali memasak sayur daun ubi tumbuk bertepatan menyambut kelahiran adiknya yang ke 3, sekaligus urutan keempat.

Sesampai di rumah, semua orang sudah menyambutnya dengan penuh tawa. Ayah terlihat begitu berseri-seri. Tak lama kemudian Ika mendekati Emak dan adik bayi.

"Ka, adikmu laki-kaki," kata Emak. Wajahnya juga terlihat sangat bahagia. Semua menyambut dengan penuh suka cita.

Jam menunjukkan pukul 07.30. Ika dan adiknya berangkat ke sekolah. Sekolah yang hanya berjarak beberapa langkah dari rumah. Berhubung mereka tinggal di perumahan sekolah tersebut, karena Emak seorang tanaga pendidik di sana.

Sesampai dia di kelasnya, Bapak Ibu guru lain menghampiri. Bertanya ada apa gerangan di rumah Ika yang terlihat ramai. Setelah menjawab pertanyaan beruntun, Bapak Ibu Guru tersebut memeluk Ika dengan bahagia.

"Alhamdulillah, selamat yah Nak. Akhirnya kamu punya adik laki-laki," ucap mereka dengan penuh ketulusan.

Menyimak pembicaraan mereka, tahulah Ika kini bahwa kehadiran adiknya sangat di dambakan oleh semua orang. Tak terkecuali baginya, adik laki-lakinya akan menjadi tantangan, hambatan dan tanggung jawab baru dalam dunianya.

Tertantang untuk menjaganya setelah menjaga dua adik perempuan. Hambatan, karena tidak bisa bermain lebih puas lagi dalam menjalani masa anak-anaknya. Karena pasti, langkahnya akan semakin terkekang. Serta bertanggung jawab untuk menjadi seorang kakak, yang melindungi dan memberi contoh baik bagi adiknya.

Hari-hari bahagia itu dilewatinya hingga saat ini. Memiliki saudara laki-laki menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri. Apalagi di dalam suku batak, anak lelaki seperti satu keharusan yang tidak tersurat tapi tersirat.

Hari ini tepat, Dua puluh Lima tahun yang lalu. Semoga adik laki-laki kebanggaan yang kehadirannyabsangat dinantikan oleh semua orang, menjadi sosok yang sangat membawa manfaat bagi keluarga besar. Aamiin.

#T222

#T365

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Aamiin...sudah lahir penerus marga. Kerenn

06 Sep
Balas

Aamiin ya Robbal'alamin

06 Sep
Balas

Aamiin YRA, senang pny adik laki2 yg hr ini sdh tumbuh mnjd laki2 kebanggaan keluarga, Barakallahu fii umrik buat adiknya ya bu

06 Sep
Balas

Aamiinyarabbal'alamiin keren banget Say salam Literasi

06 Sep
Balas

Aamiin Ya Robbal Alamin...Bahagia sudah ada penerus marga.

06 Sep
Balas



search

New Post