Rizkha N. Latifah

Pebelajar, tertarik pada hal penuh kebermanfaatan (seperti menulis di gurusiana ini :) ) ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kapan Nikah?

Kapan Nikah?

Tantangan Menulis Hari ke-65

Sabtu, 11 Juli 2020

#TantanganGurusiana

Aku termenung acap kali dimintai pertanggungjawaban janjiku kali ini ketika orang-orang terdekatku meminta untuk segera mengajukan proposal nikah atau sekedar mencari jaringan perjodohan melalui beberapa kenalan temanku. Terlebih sebentar lagi mendekati hari lebaran dimana akan banyak sanak kerabat yang akan berjibun pertanyaan mengarah padaku. "Kapan nikah?" dua kata yang saat itu paling sering terlisankan pada diri ini. Aku hanya tersenyum pahit ketika kenyataannya aku memang belum tahu siapa calon imamku yang akan menemaniku di masa depan nanti hingga antrian izroil menantiku. Sering kulontarkan "pangestunya mawon(baca: doanya saja)".

Orang tuaku terlampau tabu membicarakan hal ini atau sekedar menanyakan siapa teman lelakiku yang berusaha mendekati dan menjalin hubungan ke arah yang pasti ditunggu mereka. Bahkan untuk sekedar mengabarkan padaku akan beberapa pengajuan secara lisan dari kerabat, handai taulan yang menanyakan bahwaapakah aku telah bercalon?. Yang pasti kedua orang tuaku sangat paham bahwa untuk saat ini aku belum didekati atau berusaha mendekati seseorang yang aku kenal dan aku sukai. Aku berprinsip bahwa Dont khalwat until akad dan tidak akan menjalin hubungan bernama pacaran sekalipun taaruf bermodus pacaran islami. Ada rasa geli ketika mereka yang menyatakan kami pacaran untuk arah yang serius yaitu menikah. Banyak kejadian pacaran yang berakhir kandas. Aku bahkan tak tahu bahwa menjalin komunikasi dengan lelaki yang kusuka dianggap pacaran. Heh! Hubungan lawan jenis yang sama-sama single-nya tentu tidak selalu pacaran kan?. Banyak muamalah yang tidak hanya berujung pada pacaran justru memberanikan diri untuk segera mengenal orang tuanya dan memilih meminangnya agar tidak menimbulkan fitnah. Sampai saat ini aku masih terus berikhtiar, semua bentuk usaha telah aku lampaui. Karenanya, kendala atau kegagalan sering aku temui. Dari cara yang tentu menurutku sesuai tuntunan adien al islam. Aku masih belum tahu berhijrah. Waktu aku masih kuliah tak aku mengenal hubungan dekat dengan sosok kaum adam. Tapi. Karena tak terlalu mengenal, dan tidak jarang mengikuti kegiatan kampus dan kajian2 di masjid kampus,aku mengetahui lelaki yang disebut ikhwan. Sejak saat itu, aku mulai menjaga jarak dan mulai menelisik ikhwan kampus yang bagiku keren, agamis alias sholeh, dan pengertian. Karena tak jarang ikhwan yang sholeh dan memiliki riwayat dakwah di dunia kampus itu sangat dielu-elukan para wanita termasuk akhwat daiyah kampus.Saat itu aku masih semester tiga di tahun 2010. Aku mulai berniat untuk menikah muda. Dan mulai membaca-baca buku pranikah karya ustadz sallim A. fillah, atau sekedar membaca buku karya ustadz Cahyadi Takariawan. Terlebih dibahaslah mengenai dunia dakwah, menuntut ilmu, dan menikah. Aku belum tahu mulai dari mana prosedur tentang proposal nikah. Aku masih saja bimbang dan menimang baik atau buruk pilihan yang akan kuntempuh nantinya. Tapi. . .

" Ukhty Rizkha, Kapan anti mengajukan proposal nikah pada akh fulan?" tanya sahabat karibku dalam majelis lingkaran kami. Aku terperangah. "Bukannya, anti sudah lama menyimpan rasa suka dan kagum itu? Atau hanya sekedar terkena virus jambu merah saja anti? Kalau memang menikah lebih baik disegerakan saja? Kecuali zina hati nanti akan semakin menguasai diri ukh?"

Deg! Penyataan ukh Farah benar juga, sahabatku ini memang selalu mengingatkan aku ketika ada salah dan mulai merasa khilaf atas suatu kondisi yang bernama jatuh cinta. Jatuh cinta bukanlah dosa. Bagiku jatuh cinta itu fitrah yang perlu dijaga sampai saatnya nanti halal. Tapi, pernyataan ukhty Farah membuatku linglung bahkan semakin berdebar dada ini. Akh fulan masih terlalu muda bagiku. Dan aku sangat mudah emosional bila bertemu dengan segala macam ikhwan yang tentu belum siap aku menerimanya, atau bahkan mereka yang tak mampu menerimaku apa adanya. Yah.. Memang dalam diri tak bisa jauh dari kekurangan. Belum bisa mengurus rumah dengan baik, mempelajari akidah dan akhlaq yang aku akan tularkan nanti masih jauh dari standar, meskipun memasak, ataukah ketrampilan rumah tangga lainnya sudah setengah aku pelajari tapi rasanya belum mampu aku persiapkan untuk calon imamku suatu saat nanti. Akh Fulan rasanya terlalu idaman dan ideal bagi semua akhwat termasuk aku. Tak mungkin kunpungkiri bahwa nanti jika dia akan didapatkan oleh akhwat yang pantas dulu.

"Bukankah Siti Khadijah memberi kode terlebih dahulu ukh, "Beliau yang melamar Rasulullah SAW terlebih dahulu melalui sahabat nabi. rasanya tak ada salahnya anti bilang melalui ustadzah dulu biar dilanjutkan ke ustadz akh fulan tersebut. Farah kasih tahu yaa ukh, Farah dulu menikah nggak sampe seperti anti. Nikah muda itu nggak sepeti yang anti bayangkan!"

"Ukh Farah, Rizkha tahu anti menikah dengan ikhwan mapan, pilihan guru ngaji anti(baca: murrobiyah), sedangkan Rizkha sendiri disini nggak boleh egois, latar belakang agama orang tua Rizkha, latar belakang saudara Rizkha, dan riwayat hidup Rizkha harus diketahui calon Rizkha nanti. Sedang, anti tahu sendiri bahwa perjuangan untuk memberitahu pernikahan muda yang syar'i dan tidak bermegah-megahan tidaklah muda dijelaskan pada beliau berdua.."

Jawabanku yang lesu ini membuat Ukhty Farah terdiam. Kenyataan itu yang membuatku getir dan terkadang tak gentar untuk bergerilya sekuat tenaga sampai saat ini. Terlebih ketika keputusan untuk menikah muda ternyata cukup banyak mengundang pertentangan dari kedua pihak calon pengantin keluarga nanti. Menikah bagiku saat ini dan sampai nanti harus sekali. Dan menikah bukan main-main seperti artis-artis yang dengan mudahnya melayangkan kata 'cerai'. Ukhty Farah masih enak, hingga sekarang aku tahu dia bahagia dengan keluarga kecilnya. Ustadz penghafal quran, tak banyak bicara,santun, baik, hanif, tentu agamanya dan akhlaqnya tidak usah ditanya lagi, sebanding dengan Ukhty Farah yang smart,humoris, lincah, baik, penghafal Alquran tingkat mula, ngajinya juga jauh masih diatasku. Tentu itu ibarat jodoh akan mengiringi, satu lincah dan sisihannya tak banyak bicara.

Aku bingung ingin menangis antara menyegerakan menikah dan persiapan diri berupa perbaikan serta pemantasan diri masih di angan-angan. Tak jarang setan menyelinapkan suudzon pada Illah akan jodoh yang tak kunjung datang. Kata "Pacaran", "taaruf modus pacaran islami sering mampir sejenak dalam pikiran. Ataukah harus aku tempuh hal buruk ini untuk mengetahui yang baik dan apakah aku harus melakukan hal yang sama pada teman-temanku yang belum memperoleh hidayah untuk Berpacaran. Banyak teman-temaku yang pacaran berujung menikah. Pikiran itu terus saja membisiki. Aku tak kuasa menahan derasnya mata ini. Aku menangis. Allah tunjukkan hamba, supaya hamba mampu melewati yang benar atas petunjukMu. Hamba yakin jodoh tak akan menyalahi takdir. Jodoh pasti datang serta pernikahan itu pasti terjadi. Bimbing hamba dan pertemukan kami dengan pasangan kami nanti dalam keadaan ingat Engkau Allah. aamiin

Kubuka deretan hurub hijaiyah bermakna suci dan mementramkan. Sesekali linangan ini masih mengalir dan segera kuusap agar kitab penunjuk jiwa ini tidak basah. Aku menemukan surat AnNur ayat 26 yang memerintahkan bahwa Lelaki yang baik untuk perempuan baik dan Lelaki yang keji untuk perempuan keji.

Wanita - wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26) dari keterangan ayat ini tentu membuatku semakin kokoh. Bahwa Allah memperingatkanku agar aku tak hanya beranggapan yang baik untuk yang baik atau sebaliknya, justru melibatkan memoriku apakah aku sampai detik ini sudah baik? dan hanya mau mendambakan lelaki baik nan sholeh tetapi diriku tidak menjadi baik. Aku seolah memperoleh wangsit bahwa aku harus memilih mejadi pribadi baik dan pantas agar dapat memilih manusia yang baik sebagai pasangan hidup.

Pernyataan ukh Farah semasa kuliah akhirnya ku lampaui. mengajukan proposal lengkap ibarat CV lamaran kerja hanya lebih detail. Ingin segera menggenapkan setengah dien dengan segala pahala yang membuntutinya. Tak mudah memang dalam melakukan proses penjemputan jodohku ini. Suatu saat nanti, bila datang di waktu yang tepat.Pastinya akan aku ceritakan begitu naik turunnya iman ini untuk berjuang agar tetap di koridor agama dalam menjemputnya. Akan aku ceritakan begitu kuat dan hebatnya perjuangan untuk niat yang baik yaitu menikah. Hingga dapat bertemu dengannya. Dari cerita sebelum berhijrah tentang teman lelaki yang aku sukai, kedua sepupuku yang dengan rela mencarikan sosok lelaki idaman yang pantas menjadi imamku, saudara seimanku di satu lingkaran yang menawarkan teman suaminya, teman sekantorku yang dengan sangat rela menyambungkan silahrurahim dengan bapak guru muda yang masih jomblo dan keren,serta banyak sekali yang aku simpan buah cerita ini untuknya nanti calon imamku. Calon imamku yang aku tak pernah tahu siapa dia? Dan dimana dia sekarang berada? Yang aku yakini, bahwa calon imamku sekarang masih mempersiapkan diri seperti aku mempersiapkan diri untuknya. Calon imamku yang akan aku sodorkan dari pertanyaan-pertanyaan sama(baca:"kapan nikah?") dari orang sekitarku.

Ketika hati telah menjadi satu dan berpadu menjadi sebuah ikatan pernikahan tentu tak dengan mudahnya mengatakan kata bosan dan sudahi. Karena, dari perjalanan panjang untuk menjadi satu tak ada kata mudah. Perjalanan yang sering mengatakan kapan waktuku? Kapan untukku? Tentu bagi perjalanan yang belum dipertemukan akan sangat sulit dan gersang, masih banyak jalan-jalan lainnya yang dapat menjadi ladang bertemunya dua doa yang terpaut. Jalan berbakti kepada orang tua, jalan beribadah puasa, jalan memperbanyak tilawah, atau mengamalkan amalan sunah lainnya yang dapat menunjukan diri atas sebuah bagian takdir. Dan mampu menjawab beragam "kapan nikahnya?". Insyaallah.. Jika ikhlas melepaskan sebuah ikatan tidak jelas, Janji Allah pasti dan akan digantikannya yang lebih baik.

Dalam penantian dan penjemputan jodoh,

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post