Bacalah Kisah Qarun Zaman Nabi Musa Dalam Alquran
“Sesungguhnya Qarun termasuk dari kaum Nabi Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah karuniakan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: ‘Janganlah engkau terlalu bangga diri (sombong), sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang membanggakan diri (sombong). Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.’ Qarun pun menjawab: ‘ Sesungguhnya aku dikaruniai harta tersebut dikarenakan ilmu (kepandaian)-ku’. Tidakkah Qarun tahu sungguh Allah telah membinasakan umat-umat sebelum dia yang jauh lebih kuat darinya dan lebih banyak dalam mengumpulkan harta? Dan tak perlu dipertanyakan lagi orang-orang jahat itu tentang dosa-dosa mereka. Maka (suatu hari) tampillah Qarun di tengah-tengah kaumnya dengan segala kemegahannya, lalu berkatalah orang-orang yang tertipu oleh kehidupan dunia: ‘Duhai kiranya kami dikaruniai (harta) seperti Qarun, sungguh dia telah mendapatkan keberuntungan yang besar.’ Adapun orang-orang yang berilmu, mereka mengatakan: ‘Celakalah kalian, sesungguhnya karunia Allah Subhanahu wa Ta'ala itu lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih, namun tidaklah pahala itu diperoleh kecuali oleh orang-orang yang sabar.’ Akhirnya Kami benamkan dia (Qarun) beserta rumahnya ke dalam bumi, maka tidak ada satu golongan pun yang dapat menolongnya dari azab Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan tiadalah ia termasuk orang-orang yang dapat membela dirinya. Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu berkata: “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah).” (Al-Qashash: 76-82)
Qarun berketurunan Bani Israel dan merupakan sepupu Nabi Musa, anak dari Yashar adik kandung Imran ayah Musa. Baik Musa maupun Qarun masih keturunan Yaqub, karena keduanya merupakan cucu dari Quhas putra Lewi, Lewi bersaudara dengan Yusuf anak dari Yaqub, hanya berbeda ibu. Silsilah lengkapnya adalah Qarun bin Yasar bin Qahit/Qubas bin Lewi bin Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim.( www.wikipedia.com)
Dalam Tafsir Almaraghi, Qarun dikenali sebagai al-Munawwir lantaran rupa parasnya yang tampan. Ia terkenal di kalangan Bani Israel sebagai individu yang paling mahir tentang kitab Taurat (seorang cendikiawan Islam). Awal kehidupan Qarun amat begitu miskin dan mempunyai banyak anak. Namun dia berhati mulia lagi dermawan terhadap golongan faqir miskin. Malah banyak dikalangan faqir miskin yang berdoa “Wahai Tuhan kami, biarlah Qarun jadi kaya-raya walaupun kami miskin, mudah-mudahan dia dapat memberi sumbangan derma kepada kami yang miskin ini”. Doa ini pernah dilafazkan di hadapan Qarun hingga menyebabkan dia sendiri merasakan dirinya lebih berhak menjadi kaya demi untuk menyumbang derma kepada orang lain.
Lantaran itu dalam suatu kesempatan, dia pernah minta Musa alaihissalam mendoakannya kepada Allah agar diberikan kekayaan harta benda dan permintaan tersebut dimakbulkan oleh Tuhan. Meskipun begitu Qarun kufur nikmat Allah yang diberikan kepadanya lalu diazab oleh Allah. Dia mati dengan berstatus murtad dalam keadaan tertimbun lalu tenggelam beserta harta bendanya bersama para pengikutnya dalam tanah dalam waktu semalaman di sebuah kawasan yang terletak dalam daerah al-Fayyum, Mesir (juga dikenali sebagai Danau Qarun).
Qarun mabuk dan terlena oleh melimpahnya harta dan kekayaan. Semua itu membuatnya buta dari kebenaran dan tuli dari nasihat-nasihat orang mukmin. Ketika mereka meminta Qarun untuk bersyukur kepada Allah atas sedala nikmat harta kekayaan dan memintanya untuk memanfaatkan hartanya dalam hal yang bermanfaat,kabaikan dan hal yang halal karena semua itu adalah harta Allah, ia justru menolak seraya mengatakan "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku."
Dalam qishasul qur’an dijelaskan oleh M Abu al-Fadhal Ibrahim tentang nasehat Musa dan kaumnya kepada Qarun, namun Qarun tetap pada pendirian akan keangkuhannya dan ia tidak memperhatikan nasihat Musa bahkan dia mengatakan bahwa Musa seorang penyihir dan pembohong. Pada akhir keputusasaan dengan segala ulah Qarun, Musa berdoa kepada Allah agar menurunkan azab kepada Qarun dan membebaskan manusia dari kebinasaannya.
Menurut Buya Hamka dalam tafsirnya Alazhar Disebutkan kunuuz, yang berarti perbendaharaan atau tempat penyimpan barang-barang mahal berharga. Mungkin terdiri dari emas, perak, berbagai permata dan kekayaan lain. Dalam ayat ini tidak disebutkan jumlah harta yang dimilikin Qarun hanya saja disebutkan bahwa anak-anak kunci dari perbendaharaan itu memerlukan sekumpulan pemegang kunci. Menurut Tasir Qurais Syihab ’Ushbatun yang berarti sekelompok orang yang menyatu dan dukung mendukung. Ada yang berpendapat dari tiga tiga sampai sepuluh, ada juga dari sepuluh sampai lima belas atau dari sepuluh sampai empat puluh orang. Berapapun jumlahnya, yang jelas ayat ini bermaksud menyatakan bahwab Qarun memiliki harta yang sangat berlimpah.
Pada ayat pertama, kaumnya sudah mengingatkan Qarun untuk tidak bersifat angkuh. La tafrah yang digunakan Allah pada akhir ayat pertama bukannya larangan untuk bergembira, tetapi larangan untuk melampaui batas ketika bergembira, yakni yang mengantarkan pada keangkuhan dan yang menjadikan seseorang tenggelam dalam bidang material, melupakan fungsi harta serta mengabaikan akhirat dan nilai-nilai spritual. Dari sini ia diartikan dengan kebanggan yang luar biasa.
Nasehat pada ayat pertama kemudian dilanjutkan lagi oleh beberapa orang dari kaum Musa bahwa nasihat ini bukan berarti engkau hanya boleh beribadah murni dan melarangmu memperhatikan dunia. Pada ayat kedua yang dibahas disini, kata-kata nashib mempunyai tiga pengertian; yang pertama adalah, jangan lupa terhadap bagianmu didunia, maknanya adalah janganlah engkau lalai berbuat di dunia untuk akhirat. Yang kedua peganglah apa yang diberikan kepada mu, yaitu begianmu yang ada didunia dan berinfaklah jika engkau mempunyai kemudahan. Dan inilah bagianmu diakhirat. Yang ketiga janganlah lalai dalam mensyukuri nikmat Allah.
Sayyid hawa menuliskan bahwa mencari kekayaan akhirat dengan berinfak dan menyambung silaturrahmi, dan membelanjakan dijalan kebaikan atau menggunakan apa-apa yang telah Allah anugerahkan dalam ketaatan dan untuk mendekatkan diri pada Allah. Namun anjuran untuk tidak melupakan dunia juga ditegaskan.
Anjuran untuk berinfak dari anugerah Allah juga dijelaskan dalam Fath al-Qadir. Az-Zujjaj mengatakan jangan lupa berbuat untuk akhiratmu karena bagian manusia yang benar dari dunia adalah ketika ia berbuat untuk akhirat. Kemudian diakhir ayat yang kedua dijelaskan bahwa keharusan manusia untuk berbuat baik kepada makhluk Allah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada manusia dan dilarang untuk membuat kerusakan dimuka bumi.
Pembolehan untuk mengambil bagian dari dunia juga dijelaskan disini, yaitu kebaikan-kebaikan dari dunia.
Ayat-ayat setelahnya juga menceritakan kesombongan Qarun, ia sengaja tampil didepan kaumnya dengan seluruh kemegahannya walau ia sudah dinasehati. Qarun mempergunakan harta ini dalam kesesatan, kezaliman dan permusuhan serta membuatnya sombong. Hal ini merupakan musibah dan bencana bagi kaum kafir dan lemah di kalangan Bani Israil.Dalam memandang Qarun dan harta kekayaannya, Bani Israil terbagi atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok orang yang beriman kepada Allah dan lebih mengutamakan apa yang ada di sisi-Nya. Karena itu mereka tidak terpedaya oleh harta Qarun dan tidak berangan-angan ingin memilikinya. Bahkan mereka memprotes kesombongan, kesesatan dan kerusakannya serta berharap agar ia menafkahkan hartanya di jalan Allah dan memberikan kontribusi kepada hamba-hamba Allah yang lain. Adapun kelompok kedua adalah yang terpukau dan tertipu oleh harta Qarun karena mereka telah kehilangan tolok ukur nilai, landasan dan fondasi yang dapat digunakan untuk menilai Qarun dan hartanya. Mereka menganggap bahwa kekayaan Qarun merupakan bukti keridhaan dan kecintaan Allah kepadanya. Maka mereka berangan-angan ingin bernasib seperti itu.
Berlakulah sunnatullah atasnya dan murka Allah menimpanya. Hartanya menyebabkan Allah murka, menyebabkan dia hancur, dan datangnya siksa Allah. Maka Allah membenamkan harta dan rumahnya kedalam bumi, kemudian terbelah dan mengangalah bumi, maka tenggelamlah ia beserta harta yang dimilikinya dengan disaksikan oleh orang-orang Bani Israil. Tidak seorangpun yang dapat menolong dan menahannya dari bencana itu, tidak bermanfaat harta kekayaan dan perbendaharannya. Tatkala Bani Israil melihat bencana yang menimpa Qarun dan hartanya, bertambahlah keimanan orang-orang yang beriman dan sabar. Adapaun mereka yang telah tertipu dan pernah berangan-angan seperti Qarun, akhirnya mengetahui hakikat yang sebenarnya dan terbukalah tabir, lalu mereka memuji Allah karena tidak mengalami nasib seperti Qarun.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar