Bermazhab Tetap Beradab
"Bermazhab tetap Beradab"
Tulisan saya tentang "Ust Firanda Andirja Tidak Layak Di Tolak Di Aceh" yang dibagikan, oleh 400 lebih Facebooker. Ternyata tidak semua orang Aceh itu setuju dengan aksi kemaren. Jadi aksi itu tidak terwakili masyarakat Aceh. Karena masih banyak orang itu tidak menolak ust firanda.
Sebentar lagi, saya juga akan di tuduh Wahabi. Tapi saya tidak marah, dan tidak terpancing dengan komen-komen provokatif. Saya salut dengan ust firanda, Video yang beredar saat ceramah di masjid Alfitrah, saat banyak orang demo dan menolak ceramahnya di luar masjid, bisa tetap tenang, dan seperti tidak kejadian apa-apa. Pengelolaan emosi luar biasa bagi ustaz ini.
Anda bermazhab tapi tetap beradab. Akhlak bagian penting dari ajaran Islam. Saat Rasul memperkenalkan Islam. Rasul mengedepankan akhlak. Bukan ritual ibadah duluan yang nabi perlihatkan dalam Islam. Saat Islam diperkenalkan di Aceh, juga mengedepankan para pembawa ajaran Islam, yang berdagang dengan keindahan akhlak. Ahlussunah tidak layak meminta potong leher orang. Menghalalkan darah orang. Apalagi sesama Islam. Kalau dengar ceramah, jangan setengah-setengah. Dengar yang habis. Juga jangan sama satu guru. Akan jadi sebagai perbandingan. Itulah ciri-ciri kaum intelektual bukan ikutan-ikutan.
Kalau kita merasa diri paling shaleh, paling duluan masuk surga, paling Benar bermazhab, paling benar ber tarikat. Paling benar punya guru. Pokoknya paling sangat paham Al-Qur'an dan Al hadist. Yang lain selain sama paham dengan kita, semua sesat. Berarti ciri-ciri kesombongan Iblis susah mulai merasuki kita saudaraku. Kalau kita tidak setuju dengan pendapat atau pemahaman orang, bantah secara ilmiah. Bukan teriak-teriak potong leher. Atau menyebutkan orang binatang. Itu bukan akhlak yang diajarkan oleh Rasulullah.
Saya juga kurang setuju kalau ada penceramah suka bid'ah sana bid'ah sini. Merasa paling benar. Menghina di atas mimbar. Walaupun bagaimanapun Aceh punya sejarah panjang. Dalam beragama kita sudah sepakat. Aceh mengakui 4 Mazhab. Dari dulu nenek dan kakek kita menganut ahlussunah wal jama'ah dalam bingkai 4 Mazhab. Bukan hanya Syafi'i. Walaupun dominan Syafi'i. Ada Maliki, Hanafi dan hambali.
Bukankah ke 4 Mazhab itu saling menghargai. Bermazhab tetap berakhlak. Kenapa kita justru seperti tidak bermazhab. Saya khawatir lama-lama kita seperti khawarij yang mudah memasukkan orang ke dalam neraka. Lama lebih parah kita merasa Surga dan neraka milik ayah dan ibu kita. Mari perasaan itu kita hilangkan.
Rizki Dasilva
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar