Jangan Sibukkan Guru Dengan RPP
"Jangan Sibukkan Guru dengan RPP Dan Siswa Itu Bukan Robot Tapi Anak Manusia"
Menurut Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar.
Guru memang perlu membuat RPP sebagai pedoman yang akan dilaksanakan pada saat mengajar. Kalau RPP tidak ada maka terkesan guru mengajar tanpa ada rencana apa yang akan diajarkan. Seperti pak tani mau kesawah tapi sampai kesawah, pak tani bingung apa dulu yang akan mau dikerjakan.
Sebagai Kepala Sekolah saya sangat tidak setuju bila guru disibukkan dengan RPP. Saya sering ketawa mendengar ada Kepala sekolah setiap pagi menerima setoran RPP dari guru. Guru diwajibkan membuat RPP setiap pagi. Padahal kepala cukup hanya mengetahui bahwa guru ada RPP dan mengajar sesuai RPP. Kok ribet amat!
Menurut saya RPP Bentuknya jangan terlalu kaku dan terlalu administratif. RPP untuk satu kali pertemuan bisa mencapai puluhan lembar. Kalau untuk sekian kali pertemuan, berapa ratus lembar kertas yang dihabiskan? waduh sudah gaji guru kecil, habis pula uangnya untuk Print dan fotocopy RPP. Hal ini tentunya dirasakan kurang efektif dan efisien.malah menzalimi guru
RPP wajib bersifat dinamis, dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Mengajar adalah seni, tidak bersifat kaku. Pihak yang dihadapi oleh guru bukanlah benda mati atau robot, tetapi anak-anak manusia yang memiliki beragam kerakter dan latar belakang. Pada saat KBM, tidak tertutup kemungkinan guru melakukan inovasi yang secara administratif tidak tercantum pada RPP.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Maaf saya tidak sependapat dengan dua bapak penulis di sini. Satu yang penulis artikel. bapak satu lagi yang memberikan komentar tentang tulisan yang ditulis yaitu tentang RPP yamg merupakan dolumen yang harus dimiliki oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi saya guru harus punya perencanaan jika ingin mengajar sebagai seorang guru. Ini menjadi syarat mutlak bagi seseorang yang disebut guru. Ketika seorang guru telah memiliki RPP dalam mengajar belum bisa dijamin proses mengajar bisa berhasil dilaksanakan. Apalagi tidak memilikinya. Nah, artinya mau tidak mau suka tidak suka guru memang punya beban dalam mengajar yaitu membuat dan menyusun RPP untuk semua kompetensi dasar yang akan diajarkan kepada siswa. Ini harus dimiliki sebelum guru masuk kelas. Sesuai dengan tupoksi guru oti sendiri yaitu; membuat rencana program pembelajaran (RPP), melaksanakan program pembelajaran, mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran, dan membimbing siswa dalam pelaksanaan pembelajaran sebagai tindak lanjut. Maaf. Terimakasih
Saya sangat setuju dengan pendapat ibu Dra. Desmi Irianti, M.Pd. Rpp sangat penting bagi guru. Guru yang memiliki Rpp saja belum tentu tujuan pembelajaran tercapai, apalagi tidak memiliki Rpp. memang mengajar itu seni seperti yang disampaikan oleh Bpk Rizky, menyesuaikan situasi dan kondisi, tetapi rencana mo ngapain di kelas harus dimiliki oleh guru, untuk guru yang bekerja sudah bertahun-tahun memang sudah hafal dengan materi yang akan disampaikan, lalu tidak berarti Rpp tidak diperlukan. Membuat Rpp memang ribet, akan menjadi biasa jika kita terbiasa. Maaf itu pendapat pribadi saya ;)
Saya sangat setuju dengan pendapat ibu Dra. Desmi Irianti, M.Pd. Rpp sangat penting bagi guru. Guru yang memiliki Rpp saja belum tentu tujuan pembelajaran tercapai, apalagi tidak memiliki Rpp. memang mengajar itu seni seperti yang disampaikan oleh Bpk Rizky, menyesuaikan situasi dan kondisi, tetapi rencana mo ngapain di kelas harus dimiliki oleh guru, untuk guru yang bekerja sudah bertahun-tahun memang sudah hafal dengan materi yang akan disampaikan, lalu tidak berarti Rpp tidak diperlukan. Membuat Rpp memang ribet, akan menjadi biasa jika kita terbiasa. Maaf itu pendapat pribadi saya ;)
RENCANA PELAKSANAAN (Planning) mutlak ada apapun yg akan dikerjakan. Tanpa Planning bagaimana kita bisa mengorganisernya lalu mengaktualisakannya, selanjutnya mengontrolnya. Menurut hemat saya, adalah sebuah kekeliruan apabila ada seorang pendidik, apalagi seorang kepala sekolah beropini bahwa RPP hanya bikin guru sibuk. Dan terkesan bahwa RPP tidak perlu dibuat. Mungkin yg tidak perlu dipermasalahkan adalah tentang bentuk atau formatnya. Biarkanlah guru berimprovisasi asalkan tidak melenceng dari rambu-rambu. Tidak perlu diributkan ttg langkah yang harus ditulis sesuai dgn metode yang dipilih. Sepertj yg diributkan ketika ada istilah EEK pada K2006 dan 5M pada K2013. Mungkin banyak guru yg setuju dgn pendapat penulis artikel ini. Kalau itu benar, maka inilah yg menyebabkan guru mandul berPTK. Karena tidak ada yg akan direfleksikan setelah menilai satu KD. Semuanya dibawa enjoy. Yang penting guru ngajar, siswa ngerti. Akibatnya ketika tagihan datang bahwa utk guru PNS yang akan naik pangkat perlu ada tulisan sebagian besar guru gelagapan. Apalagi dari gol 3D ke 4A karena harus ada 1 KTI jenis penelitian dan sangat dianjurkan adalah PTK. Untuk non PNS mgkn ini tidak menjadi perhatian. Semoga saja, pembaca gurusiana berkenan menilai opini saya ini demi kemajuan dan peningkatan kualitas pendidikan di negara kita yang sama-sama kita cintai ini. Maaf hanya sekedar sharing opinion.
Hehe.... terimakasih atas komentarnya. Yang setiap kita punya pandangan yang berbeda.
Maaf, tulisan ini ambigu, satu sisi RPP penting sisi lain tidak penting. mari baca lagi konsep dasarnya, agar apa yang kita paparkan tidak terkesan pokoknya beda. Sekal lagi maaf.....
Benar sekalu pak. Ini yang banyak terjadi di Gurusiana. Penulis yang banyak mengisi halaman Gurusiana belum tentu tulisannya berkualitas. Terkadang ada kesan asal menulis saja. Subject point nya tidak jelas. Jadi, silahlan menyampaikan apa yang ada dalam pikiran dlmelalui sebua tulisan, tapi jelas thesis statemen nya. Ayo tingkatkan kemampuan Academic Writting kita semua agar tulisannya tidak ambigu.Thanks.
Guru harus punya RPP sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Lantas tehnik setorannya seperti apa , ya tergantung kebijaksanaan sekolah masing-masing. Berikutnya, terlaksana atau tidak bisa menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan pembelajaran guna mencapai tujuan pengajaran. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.
I stand in line with you b Raihana Rasyid
Menarik! Sependapat dengan ini. Mungkin akan lebih bagus lagi bila disepakati bahwa gurusiana dalam periode sepekan mengkhususkan pembahasan mengenai tema ini. Topik ini saya kira juga layak diangkat menjadi sebuah buku yang berisi (bukan paduan) suara guru mengenai RPP.