Keindahan Kisah Nabi Yusuf Dalam Alquran, Sebuah Nilai Professionalitas dan Kejujuran ( Bagian 5 )
Profesionalitas
Profesionalitas berasal dari kata profesi yang berartikan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau keterampilan dari pelakunya. Arti profesional pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.
Profesional itu menyangkut tiga hal, yaitu bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus, mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukan. Profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, serta kualitas suatu keahlian dan kewenamgan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang.
Berkaitan dengan kisah Yusuf tentang bagaimana profesionalnya Nabi Yusuf dalam bekerja terlihat dari firman Allah berikut ini:
Artinya:
Berkata Yusuf: "Jadikanlah Aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya Aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan"..(Q.S Yusuf: 55)
Pada ayat 55 tersebut nabi Yusuf meminta kepada raja Mesir menjadi penanggung jawab pangan bukan karena ketamakan terhadap kekuasaan tetapi karena keinginan berbagi manfaat secara umum. Jelas terlihat betapa nilai profesional yang dimiliki nabi Yusuf mampu ia aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai manusia biasa, meskipun ia merupakan seorang nabi pilihan Allah.
Nilai Kejujuran
Jujur adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sikap seseorang. Bila seseorang berhadapan dengan sesuatu atau fenomena tertentu, maka seseorang itu akan memperoleh gambaran tentang sesuatu atau fenomena tersebut. Bila seseorang itu menceritakan informasi tantang gambaran tersebut kepada orang lain tanpa ada perubahan(sesuai dengan realitasnya) maka sikap seperti itulah yang disebut jujur.
Firman Allah Q.S Al-Anfaal: 58
Artinya:
Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, Maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat. (Q.S Al-Anfaal: 58)
Dalam ayat tersebut diatas, jelas terlihat betapa Allah tidak menyukai orang-orang yang tidak menerapkan nilai-nilai kejujuran dalam kehidupannya. Dan Allah sangat membenci orang-orang yang berkhianat yaitu orang yang pandai bersilat lidah dan suka memutar balikkan fakta.
Selanjutnya firman Allah berikut ini:
Artinya:
Raja berkata (kepada wanita-wanita itu): "Bagaimana keadaanmu ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadamu)?" mereka berkata: "Maha Sempurna Allah, kami tiada mengetahui sesuatu keburukan dari padanya". Berkata istri Al Aziz: "Sekarang jelaslah kebenaran itu, akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku), dan Sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar." .(Q.S Yusuf: 51)
(Yusuf berkata): "Yang demikian itu agar dia (Al Aziz) mengetahui bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya di belakangnya, dan bahwasanya Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat. .(Q.S Yusuf: 52)
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyayang. .(Q.S Yusuf: 53)
Selanjutnya dalam ayat 91-97 di jelaskan tentang pengakuan saudara-saudara Yusuf bahwa mereka salah dan rela di beri sanksi akibat telah berniat buruk kepada Yusuf. Terlihat dari firman Allah berikut ini:
Artinya:
Mereka berkata: "Demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan kamu atas kami, dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)". .(Q.S Yusuf: 91)
Dia (Yusuf) berkata: "Pada hari Ini tak ada cercaan terhadap kamu, Mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan dia adalah Maha Penyayang diantara para penyayang"..(Q.S Yusuf: 92)
Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu letakkanlah dia kewajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali; dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku"..(Q.S Yusuf: 93)
Tatkala kafilah itu Telah ke luar (dari negeri Mesir) Berkata ayah mereka: "Sesungguhnya Aku mencium bau Yusuf, sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku)". .(Q.S Yusuf: 94)
Keluarganya berkata: "Demi Allah, Sesungguhnya kamu masih dalam kekeliruanmu yang dahulu "..(Q.S Yusuf: 95)
Tatkala Telah tiba pembawa kabar gembira itu, Maka diletakkannya baju gamis itu ke wajah Ya'qub, lalu kembalilah dia dapat Melihat. Berkata Ya'qub: "Tidakkah Aku katakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak mengetahuinya"..(Q.S Yusuf: 96)
Mereka berkata: "Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)". .(Q.S Yusuf: 97)
Ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang nilai kejujuran yang dapat di ambil pada kisah Yusuf yaitu tentang pengakuan Zulaikha terhadap kejujuran Yusuf dan pengakuan jujurnya (Zulaikha) atas peristiwa fitnah yang terjadi bahwa ialah yang merayu Yusuf akibat nafsu yang selalu menyuruh kepada keburukan. Karena nilai kejujuran tersebut lah maka Yusuf terbebas dari ancaman hukuman sang raja pada masa itu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar