Rizki Dasilva S.Pd.I MA

Nama : RIZKI DASILVA, S.Pd.I, MA, Lahir : Juli Cot Mesjid, Tanggal 03 November 1987, Alamat : Jln Bireuen Takengon Juli Km 2,5 Desa Juli Seutuy,&n...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kini Nek Zubaidah Bisa Tersenyum Lepas

Kini Nek Zubaidah Bisa Tersenyum Lepas

Namanya nek Zubaidah, kulitnya keriput, matanya mulai cekung, rambutnya tak sehitam dulu lagi. Ia tinggal di rumah yang hampir roboh dan tidak layak huni. Nenek ini tidak mampu berlindung saat hujan dan petir. Kini Pak Deni Putra beserta teman Kami Peduli Bireuen, membuat nenek renta ini dari desa meulasah meucap merasakan bagaimana senyum yang lepas. Senyum tanpa beban dan ujian yang selama ini ia alami.

Saya sendiri tidak bisa menahan air mata yang keluar. Begitu juga teman-teman KPB. Saya merasa kalau seandainya nenek Zubaidah ini ibu saya. Ibu saya hanya ada seorang anak yatim sejak kecil. Bernama Rizki Dasilva. Bila anak yatim tunggal ini duluan dipanggil oleh Allah. Tinggal lah seorang ibu sebatang kara. Saat matanya mulai rabun, saat bahunya mulai Bungkuk, saat berdiri mulai dipapah. Ia butuh bantuan buah hatinya. Semoga Allah memberi anak yatim tunggal ini kesempatan merawat ibunya. Seperti ia rawat anak saat ia kecil. Karena surga dibawah telapak kaki ibu.

Air mata tulus yang mengalir hanya bisa dirasakan oleh orang yang tersentuh raja dalam jiwanya, yaitu hatinya. Seorang lelaki yang gagah, suami yang shaleh, pria idaman bukan yang pandai bergulat atau berotot kekar. Tapi adalah seorang pria atau suami yang tersentuh jiwanya, mengalir air matanya. Disaat dia mulai mencintai akhirat dan membenci tipu daya dunia. Disaat ia bisa mewakafkan sebagian hartanya dijalan Allah.

Nek Zubaidah potret kecil negeri ini. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia pada Pancasila sila kelima tidak berlaku pada nek Zubaidah. Dan masih banyak kaum dhuafa yang berteriak tanpa suara. Ada yang menangis dalam kegelapan dan dinding-dinding bolong yang rapuh. Tidak ada gunanya kita menyalahkan keadaan negeri ini. Sekarang saatnya ladang amal ini kita garap sama-sama. Terutama kepada para kaum agniya, orang-orang yang titipkan harta yang di dunia. Sisihkan buat mereka yang membutuhkan.

Allah mencatat seluruh kebaikan, walaupun kebaikan itu kecil. Kita tidak boleh jadi manusia yang individualis. Tidak peka pada orang-orang yang membutuhkan. Ada saatnya kita membutuhkan bantuan orang lain.Bukankah saat kita mati, jasad kita akan dimandikan, dikafankan dan shalatkan dan kuburkan oleh orang lain. Islam adalah agama yang tinggi ya yang seimbang antara vertikal dan horizontal. Ummat Islam harus cerdas Intelektual juga cerdas sosial dan spiritual. Tak guna hitam dahi kita sujud disajadah tapi ada orang dilingkungan kita kelaparan dan tidak punya tempat tinggal.

Tim Kami Peduli Bireuen sudah memberi pelajaran berarti. Memberi jalan bareng-bareng masuk surga. Membuat kaum dhuafa tersenyum lepas bahagia walau air mata haru kadang mengalir dipipi. Memberi peluang bagi orang kaya untuk berkah hartanya. Yang membuat saya terkagum di tim ini. Banyak anak muda yang mulai berfikir dan bergerak bahkan menyisakan sedikit uangnya untuk membantu kaum dhuafa seperti nek Zubaidah. Sementara ada sebagian kaum muda menghabiskan waktunya berjam-jam di Warung kopi atau main game. Yang lama kelamaan bisa mematikan hati dan pikirannya.

Rizki Dasilva

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post