Rizki Dasilva S.Pd.I MA

Nama : RIZKI DASILVA, S.Pd.I, MA, Lahir : Juli Cot Mesjid, Tanggal 03 November 1987, Alamat : Jln Bireuen Takengon Juli Km 2,5 Desa Juli Seutuy,&n...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mencoba Memahami Skala Prioritas

Mencoba Memahami Skala Prioritas

"Mencoba Memahami Skala Prioritas"

Pengalaman, pergaulan, dan setiap pelajaran dalam mengarungi hidup ini mengajarkan kita banyak hal. Banyak orang di siksa oleh egois dan nafsunya sendiri. Kita juga bisa perhatikan, masih banyak orang tidak mengerti skala prioritas dalam hidupnya. Apa yang harus dahulukan terlebih dahulu. Sehingga bayang-bayang kesusahan dan kegelisahan terus menghantui. Kebahagiaan dan kesuksesan yang diimpikan sejak lama, hanya angan-angan yang tak tersampaikan.

Teman, saya ingin berbagi, apa itu skala prioritas. Atau sederhananya adalah apa yang harus di dahulukan atau harus di segarakan. Dalam Ilmu Fikih seharus kita sudah di ajarkan dalam Islam tentang skala prioritas yang sesungguhnya. Masalahnya kita tidak mengambil pelajaran. Saya sering meng-analogi bahwa skala prioritas adalah dahulukan yang WAJIB-SUNAT-MUBAH-MAKRUH. Saat kita di hadapi oleh satu keadaan tertentu. Maka dahulukanlah yang wajib baru sunat dan mubah. Jangan di balik. Karena sangat merugikan.

Contoh sederhana begini, "kita memiliki hutang 3 juta rupiah dan jatuh tempo pembayaran besok. Lalu besoknya kita memutuskan untuk membeli HP keluaran terbaru, dari pada membayar hutang" Ini orang tidak paham skala prioritas atau contoh lain. "kalau anda seorang guru. Maka kewajiban anda adalah mengajar, maka dahulu tugas mengajar. Bukan kelas kosong ada pergi meninggalkan mengajar dan siswa di dalam kelas lalu pergi ke walimahan teman. Sebenarnya ke walimahan teman bisa setelah mengajar" Itu menurut saya tidak mendahulukan kewajiban. Seharusnya dahulukan yang wajib.

Banyak diantara kita tidak mampu berfikir panjang. Kalau kita mampu memaknai skala prioritas maka kita akan bahagia dunia dan akhirat. Coba kalau semua orang mengutamakan kewajiban shalatnya setiap panggilan azan, baru menyelesaikan pekerjaannya dunianya, tentu mereka akan bahagia di akhirat. Karena prioritas dunia itu adalah sementara, prioritas akhirat paling utama, bahkan "abadan", selamanya. Hanya orang yang paham dalam Islam yang mampu memaknai prioritas kewajiban shalat dalam hidupnya.

Tentu ada orang menanda tangani dan berjanji memenuhi seluruh kewajibannya. bahkan ada yang bersumpah menjalankan amanah dan kewajiban saat di lantik sebagai pemangku suatu jabatan. Tapi masih banyak yang tidak menjalan kewajiban nya. Belum mampu mengerti yang mana WAJIB, yang SUNAT dan yang MUBAH. Justru matiin-matian kepada yang yang mubah, lalu meninggalkan kewajibannya. lebih parah justru mendahulukan yang haram meninggalkan kewajiban. Kita jangan terus masuk ke lubang kesalahan, mari bangkit sama-sama memperbaiki kedepan

Rizki Dasilva

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post