Rizki Dasilva S.Pd.I MA

Nama : RIZKI DASILVA, S.Pd.I, MA, Lahir : Juli Cot Mesjid, Tanggal 03 November 1987, Alamat : Jln Bireuen Takengon Juli Km 2,5 Desa Juli Seutuy,&n...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sindrom Jokowi Prabowo

Sindrom Jokowi Prabowo

Setau saya pilpres 2019 kali ini paling seru selama hidup saya. Hanya ada dua capres Jokowi dan Prabowo. Tingkat pemilih meningkat. tentu, tingkat golput menurun. Ada yang optimis, ada juga yang pesimis mendukung jagoannya masing-masing.

Tiba-tiba muncul spesies baru. Mengalahkan tokoh Batman dan Superman. Yaitu super kecebong dan super kampret. Peperangan kata-kata tidak bisa dihentikan. Terutama di media sosial. Saya pun ikut nimbrung. Membuat beberapa tulisan untuk mendukung calon no 2. Tapi dari hati paling dalam, jujur, saya tidak pernah membenci dan sakit hati kepada teman-teman pendukung Jokowi.

Setiap kita punya alasan saat menentukan pilihan. Orang yang bijak menghormati setiap pilihan orang lain. Karena di balik itu ia punya alasan yang kuat pada pilihannya. Kita tidak ada kuasa mengkotak Katik setiap pilihan orang lain. Saat kampanye, ada peperangan kata-kata itu biasa, hanya orang dewasa yang mampu tersenyum saat dihina, diremehkan, dikecebongkan dan dikampretkan(tidak dalam kamus BI). Memang, didunia politik yang di tekuni oleh orang dewasa tidak perlu baper. Dunia politik bukan dunia sinetron teman. Orang mudah tiba-tiba jadi teman juga mudah tiba-tiba jadi lawan. Saya banyak teman pendukung Jokowi.

Ada teman saya, Andy Andera menyampaikan opininya yang membuat saya ingat sampai saat ini. "Di panggung politik Indonesia, Anda di-didik jadi kaum pragmatis. Semua orang ingin kekuasaan. tidak ada praktek idealisme, apalagi menjadi orang shaleh diparlemen. Seperti masa kekhalifahan. Ini akhir zaman teman". Saya tanya ke yang mulia ini. Bang? kalau saya jadi politikus masuk golongan mana?. Mantan presiden mahasiswa UIN Ar-Raniry ini jawab "Rizki masuk pragmatis islamis". Hahaha....Saya ketawa lepas.

Sekarang ada kebutuhan paling penting dari perdebatan pilpres. Adalah Ukhwah Islamiah. 17 persen di Aceh pemilih Jokowi itu. Bukan musuh bersama. Mereka adalah saudara kita. Pakwa dan makwa kita. Begitu juga yang 83 persen yang memilih prabowo di Aceh adalah saudara. Ketegangan urat saraf, segera harus dihentikan. Kalau tidak kita akan terseret arus permusuhan yang tidak pernah usai. Mari saling memaafkan atas semua kata-kata yang kadang menusuk hati, saat masa kampanye pilpres.

Kini kita harus beraktifitas seperti biasa, bisa memberi manfaat kepada siapapun. Sudahi permusuhan. Ummat Islam silahkan kawal C1, KPU silahkan jujur. Jangan curang "nanti ditak le glanteu". Kita juga tidak boleh sindrom prabowo atau sindrom Jokowi. Karena tidak ada obatnya di apotek. Dokter pun belum bingung memberi obat. Kecuali suntik mati. Didunia kesehatan juga belum menemukan cara mengobati sindrom ini.

Mari kita doakan yang terbaik untuk negeri ini. Siapapun presidennya kita harus dukung. Yang paling utama bisa berbuat baik dimanapun. Anda silahkan berdiri dibarisan koalisi dan jangan takut berdiri dibarisan oposisi. Yang jangan berada di barisan LGBT dan Hantu Blau.

Rizki Dasilva

Ketua Komunitas Gerakan Penulis Bireuen

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post