TUTURAN SENJA

Oleh: Ruby

Senja tak selamanya merona jingga. Sesekali, siluet kelabu juga hadir mewarnai cakrawala. Antara hitam, biru, dan putih tak ketinggalan pula turut membentuk gradasi yang mampu memikat hati.

Singgasana di sekitar gedung megah kebanggaan para atlit dan masyarakat di tanah joglo usai kami sambangi. Di atas titian lengang yang bebas hambatan, roda kendaraan terus melaju berputar. Sejauh perjalanan pulang, tatap mata ini seolah tak ingin beralih ke sana ke mari.

Rupanya, paras mentari di bentangan langit barat mulai tersamarkan. Gumpalan-gumpalan awan

berarak perlahan. Meski demikian, bumantara tak menunjukkan tanda-tanda ingin menumpahkan cucuran. Bahkan, menjelang petang auranya berimbuh mengisyaratkan keunikan nan menakjubkan.

Sejurus, ingin kuabadikan fenomena alam yang tersurat begitu menawan. Namun, layar mungil dalam genggaman tangan sedang tak sanggup menangkap pesona elok yang terlukis di awang-awang.

Lalu, sebersit angan mengelana dan jatuh ke paluh renungan. Di balik kemolekan yang tersaji di lengkung payung semesta, ternyata ada selarik sajak kutemukan. Walau sekadar untaian ringan tetapi cukup memunculkan binar-binar keceriaan.

Membaca setiap perubahan dalam pusaran cuaca, kadang menyebabkan sebuah rencana harus tertunda atau gagal terlaksana. Sungguhpun begitu, apabila sepotong hati telah memiliki hasrat yang kuat untuk meraih asa, maka halangan dan rintangan tak akan dibiarkan menghadang. Kabut-kabut yang menyelimut di langit kepala pun akan disikapinya dengan hati yang lapang.

Ketika pagi hingga siang mentari memang tak pernah bosan memanasi luasnya laut dan hamparan, maka biarlah di ambang petang ia bergerak menuju ke peraduan. Yakinlah jika esok hari pendar cahyanya akan kembali mencerahkan bumi sesuai dengan kapasitasnya.

Bilik Senyap, 28-03-2022