Roby Cahyadi

MEMBANGUN KARAKTER ANAK DENGAN KESIBUKAN Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Di antara tanda sempurnanya Islam seseorang adalah meningga...

Selengkapnya
Navigasi Web
Indonesia Harus Bertahan
MI. TARBIYATUSSA'ADAH KEMBANGAN UTARA JAKARTA BARAT

Indonesia Harus Bertahan

Karakter bangsa terbentuk dari karakter individu-individu anak bangsa yang beraneka ragam. Karakter sebuah bangsa menunjukkan kualitas dari sumber daya manusia yang membangun bangsa tersebut.

Menumbuhkan karakter tidak bisa dilakukan secara instan tapi dengan pembiasaan sedari kecil.

Menumbuhkan karakter pada dasarnya jauh lebih mudah daripada mengubah karakter.

Menumbuhkan karakter sebaiknya dilakukan sejak dini, karena pada usia dini anak-anak masih sangat bersih. Sifat dan perilaku mereka masih polos dan mudah untuk dibentuk.

Begitu pentingnya pembentukkan karakter ini maka peran orangtua sangat dibutuhkan, artinya para orangtua tidak bisa hanya berdiam diri saja untuk menumbuhkan karakter anak-anaknya.

Sebuah peribahasa "jangan salahkan bunda mengandung" mungkin sudah tidak asing di telinga kita.

Kenakalan remaja sudah menjadi berita biasa yang sering kita dengar dan lihat di layar kaca sampai di koran dan tabloid. Tindak kekerasan, kriminalitas kerap terjadi pada anak-anak remaja saat ini. Pergaulan bebas, narkoba, pemerasan, pemerkosaan, video porno, prostitusi di bawah umur, pencurian, perampokan, penculikan, pembunuhan dan berbagai macam kasus-kasus kenakalan remaja tampaknya semakin tidak terbendung.

Masa remaja adalah masa dimana mereka mulai mencari jati diri. Seolah-olah ingin menunjukkan keberadaannya dengan melakukan tindakan-tindakan yang melanggar nilai-nilai etika, agama, dan norma-norma lainnya tanpa memikirkan dampak negatif yang ditimbulkannya.

keresahan-keresahan yang ditimbulkan dari ulah-ulah remaja saat ini menyita perhatian banyak pihak. Data statistik pemerintah menunjukkan angka yang sangat mengejutkan. Pada tahun 2019 grafik data perbandingan level dunia mengenai kasus video porno, Indonesia berada diurutan kedua dari Rusia. Kemudian kasus prostitusi di bawah umur setingkat level Asia, Indonesia berada diurutan kedua setelah Thailand. Menjadi catatan buruk dan memalukan, bahwa Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim terbesar di dunia tapi berada dirating teratas dari kasus-kasus norma kesusilaan.

Menjadi pertanyaan besar; Siapa yang salah?... Apa yang salah?... Siapa yang harus bertanggung jawab?... Siapa yang harus disalahkan?... Pendidikankah, orangtuakah atau lingkungan.

Catatan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menangani 1.885 kasus pada semester pertama 2018. Dari angka itu, anak berhadapan dengan hukum (ABH) seperti jadi pelaku narkoba, mencuri, hingga asusila menjadi kasus yang paling banyak.

Data KPAI menyebut ada 504 kasus ABH, kemudian di posisi kedua ada kasus keluarga dan pengasuhan alternatif atau anak yang orangtuanya bercerai dengan 325 kasus. Posisi ketiga, pornografi dan cyber crime dengan 255 kasus.

Dari data tahun 2011 sampai saat ini, ABH menempati posisi paling tinggi. Kemudian keluarga dan pengasuhan alternatif.

Dalam kasus ABH, kebanyakan anak masuk Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak (LPKA) karena mencuri sebanyak 23,9 persen. Selanjutnya, kasus narkoba 17,8 persen, kasus asusila 13,2 persen dan lainnya.

Dalam kasus ini, KPAI menyoroti pola asuh ABH. KPAI menilai ada kesalahan pengawasan orang tua terhadap anaknya. Aktifitas orang tua dengan anak itu minim. Sehingga, itu menjadi kelemahan pengawasan sehari-hari. Misalkan saat bersama anak di ruang makan, bisa bertanya anak tentang aktivitas nya.

Ada 4 sumber tekanan terhadap kehidupan remaja.

Perorangan: segala keinginan, kepercayaan, harapan, dan cita-citanya.

Keluarga: kepercayaan dan harapan dari anggota keluarga.

Media: komunikasi media massa (tv, majalah, radio, film, internet, billboard, dan lain-lain).

Kelompok Sebaya: pikiran, harapan, perilaku dan norma yang diterima dan berlaku bagi remaja.

Melihat catatan-catatan kasus yang terjadi pada generasi bangsa ini masihkah kita berdiam diri dan santai saja menanggapinya.

Mau dibawa kemana generasi bangsa ini? Mau dijadikan apa generasi bangsa ini?.

Langkah cepat mengambil tindakan telah pemerintah lakukan. Berbagai cara-cara pendekatanpun telah dilakukan. Pendekatan represif dan penyuluhan tampaknya tidaklah cukup untuk menanggulangi permasalahan-permasalah tersebut. Dalam hal ini sangat diperlukan pendekatan menyeluruh dan konseptual, yaitu dengan membina ketahanan mental-emosional dan sosial-spiritual. Pemahaman dan keterampilan mengenal diri sendiri, meningkatnya rasa percaya diri dan tanggung jawab, berkomunikasi secara efektif agar dapat menghadapi pengaruh-pengaruh negatif .

Sudah saatnya pendidikan memainkan peranannya untuk mendobrak keniscayaan dan mewujudkan impian bersama.

Pendidikan nilai dan moral merupakan salah satu cara untuk membentuk karakter bangsa yang positif. Jika nilai dan moral yang terkandung dalam diri adalalah nilai dan moral kebaikan, maka sikap dan perilaku yang ditampilkannya adalah karakter pribadi yang baik. Namun, jika nilai dan moral yang dimiliki buruk maka perilaku yang ditampilkan buruk pula.

Lembaga pendidikan dan guru sudah selayak dan seharusnya untuk terus berinovasi menanamkan nilai dan moral untuk membentuk karakter peserta didiknya.

Tugas guru bukan menjejalkan pelajaran... Tugas guru harus menghidupkan pengetahuan.

Kebenaran guru bukan hal yang absolute... Karena murid bukan kerbau yang harus menurut.

Kelas bukan untuk menyucikan diktat penuh angka.... Pengetahuan bukan ayat-ayat penuh dogma.

Ilmu jangan hanya obyek hafalan... Ilmu untuk memahami dan menuntaskan persoalan.

Sekolah perlu terus membuka diri pada perubahan... Guru jangan segan beradaftasi dengan kebaruan.

Agar proses belajar menjadi proses yang menyenangkan... Agar kreatifitas terus ditumbuh kembangkan.

Siswa niscaya akan haus pengetahuan... Izajah takkan mengakhiri proses pembelajaran.

Tinggal tunggu waktu lahirnya generasi pencipta... Mereka yang akan mengharumkan Indonesia dengan karya.

Hanya pendidikan yang bisa menyelamatkan masa depan... Tanpa pendidikan Indonesia tak mungkin bertahan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post