#tulisan ke-777

Mendung di langit nampak bergelayut, gerimis pun mulai turun ketika Rusminah pulang dari rumah majikan tempatnya bekerja sebagai buruh cuci. Percikan air hujan yang membasahi langkah kakinya terasa dingin, hingga mejalar ke seluruh tubuh. Namun, Rusminah terus menyusuri gang-gang kecil dengan payung di tangan untuk melindung tubuhnya dari percikan air hujan. Hawa dingin dan suasana jalanan yang sepi, seakan menambah pilu akibat beban hidup yang harus ditanggungnya. Sementara, Neneng anaknya sedang menunggunya di rumah dengan perasaan risau, karena tidak seperti biasa, hari ini ibunya terlambat pulang.

Saat di belokan gang, Rusminah hampir bertabrakan dengan seorang laki-laki paruh baya yang sama-sama jalan menunduk. Rusminah kaget dan menghentikan langkahnya. Hal ini justru dimanfaatkan oleh laki-laki itu dengan sengaja menghalangi langkah Rusminah. Sebenarnya Rusminah mengenal lelaki yang tinggal di RT sebelah, namun dalam situasi sepi seperti ini membuat Rusminah ketakutan.

“Dari mana Minah.” Tanya lelaki itu.

“Eee… baru pulang kerja dari rumah BU Haji.” Jawab Rusminah ketakutan.

“Boleh saya antar.” Kata lelaki yang biasa dipanggil Pak Ujang, sambil menjawil pipi Rusminah.

“Ngg..ngga usah. Jangan Pak.” Balas Rusminah sambil menghardik tangan Pak Ujang yang mulai usil.

“Jangan kasar begitu dong…” kata Pak Ujang sambil menyorongkan wajahnya ingin mencium Rusminah.

Kali ini Rusminah berusaha mondorong tubuh Pak Ujang dengan satu tangannya, namun dengan cekatan, Pak Ujang menangkap tangan itu dan memegangya erat-erat. Karena merasa terancam, Rusminah pun berteriak minta tolong. Sebelum sempat dipergoki warga, Pak Ujang segera melepas tangan Rusminah dari genggamannya, dan cepat-cepat meninggalkan tempat itu.