Cinta Seorang Ayah
Cerita ini sudah sering penulis baca, tapi tetap menarik untuk disimak dan direnungkan. Apalagi bagi pembaca yang masih mempunayi ayah, agar tidak menyesal di belakangan hari. Cerita ini sengaja penulis edit sesuai dengan kaidah penulisan cerita pendek (cerpen).
Ketika seorang anak perempuan sedang ngobrol dengan ibunya di ruang tamu, dia mendengar ayahnya terbatuk-batuk dari dalam kamarnya.
“Kenapa batuk ayah ngga sembuh-sembuh Bu?” tanya anak perempuannya
“Bapak susah kalua disuruh berobat. Katanya uang yang buat berobat mending untuk memenuhi kebutuhan lain.” Kata ibu menirukan ucapan suaminya.
"Cinta ayah kepadamu sungguh luar biasa, tetapi lebih banyak disimpan dalam hati." kata ibu.” Sambung ibu.
Anak perempuannya terpesona mendengarkan ucapan ibunya.
"Ketika kamu melanjutkan kuliah ke Jakarta kami mengantarmu ke stasiun. Ketika itu kamu dan aku saling berpelukan, sementara ayahmu hanya memandang. Dia bilang, sebenarnya ingin memelukmu juga, tapi sebagai laki-laki tak lazim memeluk anak perempuan di depan banyak orang, maka dia hanya menjabat tanganmu, lalu berdiri sampai kereta itu menghilang." kata ibu.
Ketika kamu sudah di Jakarta, ibunya juga yang sering menelpon anaknya.
“Tahukah kamu? Itu juga ayahmu yg selalu menyuruh dan mengingatkan. Ketika ibu bertanya mengapa bukan ayah sendiri yg menelpon. Ayahmu bilang, Suaraku tak selembut suaramu, anak kita harus menerima yg terbaik." Kata ibu menirukan ucapanayah.
"Ketika kamu diwisuda, kami duduk di belakang. Tapi ketika kau ke panggung dan kuncir di togamu dipindahkan rektor, ayahmu mengajak ibu berdiri agar dapat melihatmu lebih jelas.” Ujar ibu
"Alangkah cantiknya anak kita ya bu," kata ayahmu sambil menyeka air matanya.
Mendengar cerita ibu di ruang tamu, dada anak perempuan itu terasa sesak, mungkin karena haru atau rasa bersalah.
Selama ini anak perempuan itu lebih dekat dan perhatian kepada ibunya. Sekarang tergambar kembali kasih sayang ayah kepadanya. Dia teringat ketika naik kelas 2 SMP minta dibelikan tas. Ibu bilang ayah belum punya uang.
Tetapi sore itu ayah pulang membawa tas yg anak perempuannya minta.
" Apa ayah tidak jadi ke dokter?" tanya ibu saat itu.
"Kapan-kapan saja. Nanti minum jahe hangat, batuk juga akan hilang sendiri." Jawab ayah.
Akhirnya anak perempuannya tahu, bahwa uang untuk berobat ke dokter, digunakan untuk membeli tas anaknya, membeli kegembiraan bauh hatinya, dengan mengorbankan kesehatannya.
"Dulu setelah prosesi akad nikahmu selesai, ayahmu bergegas masuk kamar. Kau tahu apa yg dilakukan?" tanya ibu. Anak perempuannya menggeleng.
"Ayahmu sujud syukur sambil berdoa untukmu. Air matanya membasahi sajadah. Dia mohon agar Allah melimpahkan kebahagiaan dalam hidupmu. Sekiranya kau dilimpahi kenikmatan, dia mohon tidak membuatmu lupa zikir kepada-Nya. Sekiranya diberi cobaan, mohon cobaan itu adalah cara Tuhan meningkatkan kualitas hidupmu. Lama sekali dia sujud sambil terisak. Ketika ibu mengingatkan banyak tamu menunggu. Dia lalu keluar dengan senyuman tanpa ada bekas air di pelupuk matanya." Ucap ibunya.
Mendengar semua itu, air mata anak Perempuan itu tak tertahan lagi, tumpah membasahi pipi. Dari kamar terdengar lagi suara batuk ayahnya. Dia bergegas menemui ayahnya sambil membersihkan air mata.
"Kau habis menangis?" tanya ayahnya sambil menatapnya melihat sisa air di mata di pelupuk mata anaknya.
"Oh, tidak ayah!" jawab anaknya sambil tertawa renyah.
Lalu diurutnya betis sang ayah, lalu berpindah ke pundaknya.
"Pijitanmu enak sekali seperti ibumu." Kata ayahnya sambil tersenyum.
Anak perempuannya itu tahu, meski sakit, ayahnya tetap ingin menyenangkan hatinya dengan pujian. Itulah pertama kali dia memijat ayahnya. Dia melihat betapa gembira wajah ayahnya, hingga membuat dirinya terharu.
"Besok suamiku menyusulku, ambil cuti seminggu seperti aku. Nanti sore ayah kuantar ke dokter." Katanya.
"Ini hanya batuk ringan, nanti akan sembuh sendiri." Kata ayahnya menolak.
"Harus ke dokter, aku pulang memang ingin membawa ayah ke dokter, mohon jangan tolak keinginanku", kata anak perempuannya berbohong.
Sebenarnya dia pulang hanya ingin berlibur, bukan ke dokter, tapi dia berbohong agar ayahnya mau berobat dokter.
Anak ituu membawa ayahnya ke dokter spesialis, ayahnya meprotes lagi. Ayahnya meminta ke dokter umum saja yg lebih murah. Namun dengan senyum, anaknya tetap membujuk ayahnya untuk berobat ke dokter spesialis.
Benarjuga, berdasarkan hasil pemeriksaan, ayahnya harus dirawat di rumah sakit hari itu juga. Maka, anak perempuan itu membawa ayahnya ke rumah sakit terbaik di kotanya.
"Dari mana biayanya?" tanya sang ibu.
"Aku yg menanggung seluruhnya bu. Sejak muda ayah sudah bekerja keras mencari uang untukku. Kini saatnya aku mencari uang untuk ayah. Aku bisa! Aku bisa bu!" jawab anakperempuannya.
"Tolong lakukan yg terbaik, untuk ayah saya.” Ucap anak Perempuan itu kepada dokter aku yang melayaninya.
Setelah mendapat perawatan beberapa hari, ayahnya pun sembuh dan sehat Kembali.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Alhamdulillah. Point yang cantik 4 diapit 5. Sukses ya, Pak. Cerita ayah membuat terenyuh. Semoga sehat dan sukses selalu. Salam literasi.
Tks Bu
Tks pak
Tulisannya keren dan inspiratif, Salam Literasi.
tks Pak