Rochadi Arif Purnawan

Lahir di Banyumas, 1965. Setamat SMA, melanjutkan kuliah di IKIP Jakarta. Pendidikan S2 di selesaikan di Universitas Indonesia, program studi Ilmu Biologi Medis...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengenal Asal Usul Aksara Jawa

Mengenal Asal Usul Aksara Jawa

Asal-usul Aksara Jawa, konon tercipta bermula dari kisah seorang pemuda bernama Aji Saka. Ceritanya bermula ketika Aji Saka, mengembara bersama kedua pelayannya yang bernama Dora dan Sembada. Bertahun-tahun mereka mengembara, sehing semakin lama, semakin jauh dari negara asalnya.

Singkat cerita, ilmu pengetahuan dan pengalaman Aji Saka bertambah luas, dan dia melihat benda-benda peninggalan zaman purbakala serta tempat-tempat yang dianggap keramat di Kepulauan Nusantara.

Akhirnya Aji Saka menetap di Pulau Majeti beberapa lama, dan dia sangat senang karena serasa seperti tinggal di taman surga saja, kata dia. Suatu hari, Aji Saka mengobrol dengan seorang kakek, lalu menceritakan tujuan perjalanannya. Si Kakek memberitahu Aji Saka untuk pergi ke Jabadiu atau ada yang menyebutnya dengan nama Pulau Jawa.

Karena rasa penasaran dan sangat ingin pergi ke Pulau Jawa, maka dia memanggil kedua pelayannya.

"Dora dan Sembada, aku bermaksud meneruskan perjalanan. Aku akan pergi ke Pulau Jawa. Aku telah mengumpulkan banyak benda-benda antik di sini. Jadi, salah seorang dari kalian harus kutinggalkan di sini. Akan diundi siapa yang harus tinggal di sini dan siapa yang ikut bersamaku." Kata Aji Saka.

Setelah diundi, ternyata yang ikut berangkat adalah Dora, sedangkan Sembada harus tinggal di Pulau Majeti untuk menjaga keris milik Aji Saka. Sebelum berangkat, Saka berpesan kepada Sembada.

"Kelak aku akan datang ke sini lagi untuk menjemputmu dan mengambil barang barang milikku. Satu saja pesanku yang harus kamu pegang teguh, yaitu jangan sampai barang-barangku kamu berikan kepada orang lain. Kamu hanya boleh memberikan barang-barang yang kamu jaga itu kepadaku." Pesan Aji saka.

Setelah itu pergilah Aji Saka dan Dora menuju Pulau Jawa, hingga sesampainya di sana mereka bertemu dengan Prabu Dewata Cengkar yaitu seorang raja yang gemar memakan daging manusia. Aji Saka menantang agar Prabu Dewata Cengkar untuk memakan dirinya, tetapi dengan syarat Prabu Dewata Cengkar harus memberi tanah seluas panjang sorban yang diikatkan di leher Aji Saka. Prabu Dewata Cengkar menyetujui syarat tersebut, lalu mengukur dengan menggunakan sorban Aji Saka sebagai alat pengukur. Namun, dengan kekuatan luar biasa, kain selendang itu mencapai tepian laut Pantai Selatan.

Kemudian, Aji Saka menggulingkan Prabu Dewata Cengkar ke dalam laut Pantai Selatan, yang pada saat itu secara ajaib, mengubahnya menjadi seekor buaya putih. Setelah berhasil mengalahkan Prabu Dewata Cengkar, Aji Saka menjadi Raja di negara Medangkamulan. Selanjutnya, Aji Saka mengutus pengawalnya yang bernama Dora untuk mengambil keris pusaka yang telah ia titipkan kepada Sembada di Pulau Majeti.

Karena Sembada sudah dipesan oleh Aji Saka agar tidak memberikan benda milik Aji Saka kepada orang lain, maka Sembada pun menolak permintaan Dora. Akhirnya terjadilah perselisihan antara Dora dan Sembada. Karena keduanya memiliki kekuatan yang seimbang, maka keduanya tewas secara bersama.

Pertempuran tersebut disebabkan karena Sembada menjaga amanah Aji Saka agar tidak mengijinkan orang lain mengambil keris pusaka selain Aji Sakasendiri. Setelah mengetahui kedua pengawalnya sama-sama tewas, maka Aji Saka menciptakan Aksara Jawa, yang berbunyi :

Ha na ca ra ka: (ana utusan/ada utusan)

Da ta sa wa la: (padha kekerengan/saling berselisih pendapat)

Pa dha ja ya nya: (padha didhayane/sama-sama sakti)

Ma ga ba tha nga: (padha dadi bathange/sama-sama menjadi mayat)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ulasannya Pak Arif. Sukses selalu

23 Oct
Balas

Tks pak

23 Oct

Mantap kisahnya huruf Palawa dari kasus Dora dan Sembada. Salut pak guru

22 Oct
Balas

Tks pak

22 Oct

Keren, p Rochadi. Dy jg suka crt tsb p.

22 Oct
Balas

Tks bu

22 Oct

Terima kasih ulasannya, Bapak. Jadi lebih paham sejarah. Salam sukses.

22 Oct
Balas

Tks Bu

23 Oct

Keren pak, di tempat saya sudah jarang penggunaan aksara Jawa

22 Oct
Balas

Betul Pak

23 Oct

Mantap dan informatif.

22 Oct
Balas

tks Bu

24 Oct



search

New Post