Sekolah adalah rumah kedua. Slogan yang melekat pada kami semua, siswa dan guru di sekolah selama ini. Sekolah bukan sekedar tempat untuk belajar, berguru pada pakar agar menjadi pintar. Bukan pula untuk habiskan waktu seharian guna menyiapkan pengetahuan sebagai bekal masa depan. Bagi kami, sekolah adalah keluarga. Tempat kita bersama merangkai cerita penuh warna.

Betapa kami betah berlama-lama di sekolah. Sejak pagi hingga sore hari. Bahkan, kami harus bersusah payah meminta anak-anak segera pulang ke rumah karena para penjemput sudah menunggu sedari tadi. Dan hari mulai gelap. Sementara mereka masih asik bemain bola dan bercengrama dengan riangnya. Seolah enggan pulang ke rumah. Mengapa?

Karena di rumah, sepi. Ayah bunda sibuk bekerja. Kalau mereka pulang cepat, di rumah pun tak ada siapa-siapa. jadi mengapa tak habiskan waktu di sekolah saja. Begitu biasanya jawaban mereka. Dan begitulah setiap tahunnya. Hingga tiba-tiba semua berubah. Pandemi ini untuk sementara waktu tak membiarkan kami untuk berada di sekolah, di rumah kedua.

Awal yang berat tentu saja. Adaptasi yang tak mudah. Sekolah dari rumah. bekerja dari rumah. Kondisi yang mempertemukan anak-anak dan orang tua yang selama ini mungkin jarang meluangkan waktu bersama kecuali di akhir pekan. Kegiatan belajar yang mengharuskan orang tua mendampingi anak-anak belajar di rumah. Kesempatan langka bagi keduanya.

Ya, pandemi membuat orang tua dan anak duduk bersama. Kamera mengabadikan momen kebersamaan mereka. Jika tak ada pandemi, mungkin hal ini tak akan terjadi atau hanya sekali-kali terjadi. Sementara pandemi telah berhasil membuat orang tua dan anak duduk bersama, mengabadikan momen kebersamaan mereka hampir setiap hari, dalam tiga bulan terakhir ini. Semoga banyak hal baik terjadi setelah ini. Kebaikan yang berdampak bagi negeri ini.

Rcnani