Rochani Handayani

Menjadi guru adalah cita-cita sejak kecil. Berharap dapat memberikan inspirasi bagi tunas-tunas muda harapan bangsa. Agar mereka dapat mengembangkan segenap pot...

Selengkapnya
Navigasi Web
Perubahan adalah Kebutuhan
Tantangan Menulis hari ke-31

Perubahan adalah Kebutuhan

“Hidup itu seperti naik sepeda. Harus terus bergerak agar tetap seimbang.” Demikian Ilmuan dunia ternama, Albert Einstein pernah berkata. Sebagian besar kita tentu pernah bersepeda. Paling tidak, melihat orang naik sepeda. Ya! Roda sepeda harus terus berputar agar tetap melaju di jalan. Kita harus mempertahankan kesimbangan agar tidak jatuh kemudian. Mengayuh dengan kecepatan yang kita tentukan, sesuai keadaan, kekuatan fisik dan kondisi jalan.

Ketika jalan datar, kita dapat mengayuh dengan santai sambil menikmati suasana. Tetap berhati-hati, karena kadang segala sesuatu bisa saja terjadi. Ketika lalu jalan mendaki, maka mengayuhlah lebih kuat lagi. Mengumpulkan energi untuk dapat melaluinya. Ketika jalan menurun, kita dapat berhenti mengayuh sejenak. Biarkan sepeda bergerak sendiri mengikuti turunan dengan tetap menjaga keseimbangan. Bagaimana jika terjatuh? Bangkit dan kembali mengayuh agar bisa tetap sampai ke tujuan.

Seperti naik sepeda, begitulah kehidupan! Bergerak dinamis untuk sebuah perubahan. Tujuan perubahan itu pasti, untuk menjadi lebih baik. Tidak diragukan, bahwa pendidikan merupakan jalan terbaik untuk menjadi lebih baik. Melalui pendidikan, segenap potensi diri dapat ditumbuh dan kembangkan. Seorang anak akan mengalami perubahan, menunjukkan kemajuan. Kemajuan yang lebih baik dalam berpikir, bersikap dan bertindak.

Dalam pendidikan, perubahan adalah sebuah keniscayaan. Untuk menghasilkan perubahan, harus melalui sebuah perubahan. Karenanya, ketika ada perubahan kebijakan dalam pendidikan, maka itu merupakan bagian dari upaya perubahan. Keinginan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan agar mengalami kemajuan yang nyata. Sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tentunya perubahan kebijakan pendidikan tidak serta merta dilakukan. Tapi atas dasar pemikiran, evaluasi, dan berbagai pertimbangan. Muaranya tetap sama, untuk sebuah kebaikan. Menjadi lebih baik.

Kebijakan pendidikan dirancang sedemikian rupa, menyesuaikan dengan kondisi perkembangan zaman. Seiring waktu, kehidupan berubah. Kita perlu mengimbangi perubahan yang ada agar tidak tertinggal. Lalu apakah perubahan kebijakan pendidikan itu menjadi pangkal kemajuan? Karenanya kita perlu untuk seringkali membuat perubahan kebijakan? Saya rasa bukan begitu! Bukan perubahan kebijakan pendidikannya yang menjadi pangkal kemajuan. Bukan pergantian kurikulumnya yang utama, yang menjadi sebab kemajuan pendidikan kita. Pelaksanaannya yang penting. Bagaimana sumber daya manusia pelaksana kebijakan tersebut. Siapa dia? Guru!

Sesungguhnya, kurikulum hanyalah kurikulum. Sebaik apapun kurikulum dibuat, tak akan membawa perubahan signifikan. Tak akan dapat mencapai tujuan secara optimal. Tak akan dapat meraih kemajuan yang diharapkan, jika guru gagal memahami dan menerapkannya. Karena Seperti halnya sebuah gawai yang paling canggih. Apalah artinya, jika pengguna gawai tersebut tidak mampu menggunakannya secara baik. Hanya mengetik pesan dan mengambil gambar tanpa memaksimalkan fungsi gawai tersebut untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Demikian pula dengan kebijakan pendidikan. Sebaik apapun kebijakan pendidikan dibuat, jika pelaksanaannya ala kadar, maka hasilnya tentu tidak sesuai harapan.

Karenanya, seorang guru disebut sebagai kunci pendidikan. Bahkan dapat dikatakan bahwa guru itulah kurikulum yang sebenarnya. Kegagalan guru menerjemahkan kebijakan pendidikan dalam kelas bisa berakibat pada gagalnya pendidikan. Begitu pun sebaliknya. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Bapak Muhadjir Effendy dalam artikel di Kompas.com pada laman https://edukasi.kompas.com/read/2018/06/30/23253791 yang diunduh pada 15 Mei 2019 , menyatakan bahwa “Gurulah yang merupakan kurikulum sesungguhnya. Seorang guru harus mampu memberikan teladan kepada murid-muridnya”.

Tak masalah dengan perubahan kebijakan pendidikan. Masalah datang pada kemampuan memahami kebijakan tersebut dan bagaimana memahamkan para pelaksana kebijakan. Kebijakan pendidikan hadir untuk menjawab tantangan zaman. Menyiapkan kebutuhan yang diperlukan. Menerima perubahan, berarti mempersiapkan diri untuk dapat menyikapi keadaan. Sebagai contoh, saat ini, kita telah masuk dalam era revolusi industri 4,0. Era digitalisasi. Segala sesuatu kini dikendali teknologi digital. Tidak siap dengan perubahan, maka akan tertinggal di belakang. Kemudian pendidikan merespon ini dengan merancang kurikulum yang “bersiap” menghadapi segala konsekuensi era revolusi industri 4,0.

Tak dinyana, wabah Covid datang menghantui dunia. Dan tergopoh-gopoh, kita semua dipaksa untuk "siap" dengan digital learning. Langsung terjun di era industri 4.0. Ketika sekolah diliburkan dan siswa belajar jarak jauh dari rumah masing-masing. Guru, orangtua, siswa, sekolah, pemerintah harus menyiapkan diri menghadapinya, menjalaninya, suka atau tidak. Di tengah keterbatasan akses internet dan penguasaan teknologi. Belajar, memutar pikiran. Berubah menghadapi kondisi sekarang. Kemudian kembali bersiap untuk kondisi mendatang.

Begitulah seterusnya waktu berjalan. Tantangan baru di depan. Pendidikan mempersiapkan sumber daya manusia menghadapi perubahan. Kebijakan pendidikan menjadi jalan dalam mempersiapkan apa-apa yang dibutuhkan. Perubahan itu sebuah kebutuhan. Terima perubahan dengan kelapangan. Sambut dengan keriangan, jangan mengeluhkan. Persoalan tidak pernah selesai dengan keluhan.

Guru adalah manusia pembelajar yang membelajarkan. Tak peduli kebijakan berganti, teruslah dedikasikan diri. Mendidik untuk mempersiapkan generasi penerus negeri, para memimpin bangsa ini nanti. Jangan anti perubahan. Perubahan sejatinya hadir untuk kebaikan. Untuk membawa kemajuan. Dan guru, di pundakmu kunci kemajuan itu!

Rcnani

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post