Rochaniyah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Mimpi Besar Nadiem Makarim

Mimpi Besar Nadiem Makarim

Baru-baru ini dunia pendidikan dikejutkan oleh pengangkatan menteri pendidikan yang baru. Mengapa? Karena Nadiem Makarim bukanlah orang yang notabene berkecimpung di dunia pendidikan. Doi justru berasal dari tukang ojek online. Ups salah. Bos gojek.

Kita dibuat bingung dengan langkah presiden memilih bos gojek sebagai menteri pendidikan. Apa yang bisa diharapkan?

Mungkin presiden berharap menteri baru ini mampu merumuskan kurikulum yang secara praktis bisa menghasilkan lulusan yang siap kerja. Tapi tentu bukan jadi sopir gojek kali ya.

Atau mungkin presiden berharap menteri lulusan Harvard University itu mampu merancang kurikulum yang menghasilkan lulusan yang punya jiwa interpreneur, jiwa wira usaha seperti dirinya? Dengan kemampuan ini lulusan tidak lagi berpikir untuk mencari kerja tapi justru memberikan peluang kerja.

Begitu besar harapan yang ditimpakan ke pundak menteri baru ini. _Wait and see_. Apa yang akan dia buat.

Beberapa hal yang menjadi catatan dari beberapa pidatonya antara lain; kemerdekaan pendidikan, guru penggerak dan penyederhanaan kurikulum. Harapan saya itu bukan hanya sekadar retorika

dalam memandang persoalan pendidikan di Indonesia. Gagasan sehebat apapun hanya akan menjadi butiran debu yang akan hilang bersama angin yang lalu jika tidak dibarengi dengan langkah-langkah konkret.

*Kemerdekaan pendidikan*. Kata itu terdengar sangat bombastis, berlebihan, dan hiperbolik. Kenapa? Karena ini sangat sulit diterjemahkan dan multi tafsir. Apakah merdeka yang dimaksud adalah kebebasan dalam mengikuti pendidikan, mau sekolah di mana tinggal tunjuk. Atau, bebas dalam artian boleh tidak berpendidikan? Ini masih harus dijelaskan lebih lanjut.

Yang tidak kalah heboh adalah jargon *guru penggerak*. Penggerak dalam hal apa? Berharap guru mampu melakukan gerakan atau perubahan yang ekstrem untuk menghasilkan lulusan yang oke? Rasa-rasanya jauh panggang dari api.

Nah satu lagi yang sangat menarik. *Penyederhanaan kurikulum*. Memang betul, kurikulum yang berlaku saat ini sangat tidak sederhana. Bayangkan ada 15 lebih pelajaran yang harus dipelajari oleh murid. Mulai dari pelajaran umum, peminatan sampai lintas minat. Bisa dibayangkan betapa beratnya beban murid. Sudah ada peminatan masih harus belajar lintas minat. Kacau balau. Entah apa yang ada di kepala para pembuat keputusan sehingga mengambil langkah ini. Hanya mereka dan Tuhan yang tahu. Padahal, kalau mau disederhanakan, barangkali hanya perlu 4 atau 5 pelajaran. Nah! Mari kita tunggu apa saja bentuk konkret dari penyederhanaan kurikulum yang menjadi program Pak Menteri. Beranikah menteri yang menyelesaikan SMA di Singapura dan menghabiskan sebagian hidupnya di luar negeri itu berhadapan dengan para ahli pendidikan di Indonesia? Yang dari sisi kemampuan dan pengalaman menggauli persoalan pendidikan sudah sangat paham luar dalam, dari A sampai Z?

_Wait and see_

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post