Hari Rabu di minggu ke-3 bulan Oktober kali ini benar-benar sangat manis. Untukku dan muridku. Ini adalah pengalaman pertama untuk kami. Bagi sebagian besar orang peristiwa ini mungkin biasa saja. Kami video call-an. Setelah beberapa lamanya hal itu hanya mimpi. Mimpi indah yang rasanya sulit menjadi nyata. Ketakberdayaan memiliki smartphone menjadi keterbatasan yang membelenggu imajinasi.

Betapa sumringahnya wajah-wajah polos itu. Pendar kegembiraan terlukis pada tawa-tawa lepas mereka. Dibalik kepolosan itu tersimpan kilau mutiara yang membiaskan kecerdasan alami. Mencintai mereka dan menempatkan mereka dalam hati adalah kebahagiaan yang paripurna. Kebersamaan beberapa waktu yang diwarnai dengan usaha keras menanamkan sejumput kebaikan di hati seputih kapas. Kebersamaan yang seringkali dinodai dengan ketidaksabaran, namun tak pernah sedikitpun ada endapan yang bernama kebencian.

Hal baru memang sesuatu bagi siapapun. Terlebih bagi mereka, anak-anak. Anak-anak yang menjalani takdir dengan karakteristik unik mereka. Begitu mesranya Rabb-ku menyapa hari ini. Mewujudkan keinginan sederhana mereka. Belajar dengan media smartphone.

Jangan membayangkan setiap anak memegang smartphonenya sendiri. Hanya 3 smartphone. Ya, hanya 3 smartphone untuk 15 anak. Heboh.dan saling berebut melongokkan wajah mungil mereka ke layar HP yang tak seberapa. Instruksi agar bergiliran tak mereka hiraukan. Ah, biarlah. Mereka toh hanya ingin memastikan bahwa mereka bisa melihat Bu Gurunya yang sekarang tidak tiap hari bisa bersua.

Koneksi buruk tampaknya juga tak bersahabat dengan kami. Beberapa kali wajah-wajah mereka tiba-tiba menghilang berganti kalimat “koneksi buruk”. Itu pun juga tak mengurangi kebahagian. Toh indahnya pelangi juga berbarengan dengan munculnya mendung. Kami berbahagia. Dan bahagia kami benar-benar sempurna.