Syukur yang tiada batas kepada Rabb-ku yang telah memberiku kesempatan menemanimu lebih dari separuh hidupmu, Lelakiku. Perjalanan panjang kebersamaan kita menapaki jalan hidup yang berliku, mempertautkan hati sepenuh rasa dengan berhias bahagia, berbalur sedih dan kecewa serta bergumul dengan rupa-rupa pertikaian. Membersamai di lebih separuh hidupmu menyapukan sejuta warna yang bermakna. Mulai dari merah membara hingga hijau penuh kedamaian. Episode-episode kisah yang terbingkai dalam pigura rumah tangga pun menjadi penyemarak langkah kaki menapaki hidup penuh arti.

Terlahir dengan sapuan karakter berbeda, membuat kita serupa dua sisi mata uang. Melengkapi satu sama lain, meski juga seringkali menjadi pengais kekurangan. Engkau yang seperti embun pagi, dingin menebar kebekuan. Sementara diriku serupa sinar mentari yang panas menyengat. Namun, tahukah, jika embun dan mentari saling menyapa, maka satu sama lain akan saling menyempurnakan. Warna sendu dari kilauan embun adalah wujud nyata bias mentari.

Tatkala memutuskan menua bersama, maka apalagi yang bisa dilakukan selain saling menggenggam, mengalirkan getar-getar energi yang menguatkan. Menembus hati lewat diksi-diksi yang terangkai hingga pendar sinyal kasih akan terasah paripurna. Angka empat dan delapan cukuplah menjadi saksi bahwa kau adalah aku dan aku adalah kau.

Selamat hari lahir, Lelakiku.