Parodi Pagi
"Tolong yaa, nanti Rafi dibangunkan jam 07.30, karena dia harus kerja hari ini", kata Lek Ju tetanggaku. Rafi adalah anaknya. Membangunkannya dari tidur pulas membutuhkan semangat ekstra. Butuh waktu sekitar 20 menit untuk benar-benar menyadarkannya agar bermigrasi dari alam maya ke dunia nyata.
Teeet, jam setengah tujuh aku menuju ke rumahnya dan langsung menerobos masuk ke dalam kamarnya. Tak perlu ketok pintu, percuma. Sopan santun tak berlaku untuk orang yang tertidur sangat pulas. Digedor dengan tenaga kuda pun tak akan berpengaruh. Dia akan tetap berada dalam kekuatan tanpa rupa yang melemahkan semua sensor motoriknya. Wih, segitu horornya. Tapi memang begitu kenyataannya.
Kulihat Rafi berada dalam posisi tidur syantiek, dengan kedua telapak tangan ditangkupkan dan berada di antara bantal dan pipinya. Yeess, posisi sunnah Rosul. Berbarengan dengan langkah kaki pertama masuk, alarm dari smartphone nya berdering mengagetkanku. Alamaak, gelombangnya mendekati jenis ultrasonik, kenceng sekali. Tapiii si Rafi tak bergeming, tetap setegar karang dalam posisi tidurnya. Ah, ntar juga bangun, batinku. Lhaa woong smartphone nya deket sekali dengan kupingnya, masa iya sih, tak akan tergugah. 5 menit berlalu. Alarm masih melengking dengan suara tajamnya, menghentak dengan pongahnya. Bagaimana dengan Si Rafi ?. Ku tatap dia, ada respon, senyum-senyum, tapiii aammpyyyuuuun, masih mati suri.
Akhirnya ku jamah tubuhnya, ku goyang-goyang dengan kekuatan tsunami sedang, eeehh tetap saja, malah mengeluarkan suara dengkuran, tambah pulas dan terlihat seperti diayun-ayun di buaian. Hhhhh.
Baiklah, kekuatan perlu ditambah. Kayaknya perlu juga dimodifikasi nih. Kekuatan tsunami penuh berlapis kekuatan angin puyuh. Wweerrr, wweerrr, ssyyyuuttt, aku dobrak pertahanan dinding pulasnya, perlahan tapi pasti pertahanannya mulai luntur. Mata sipitnya sedikit terbuka memperlihatkan bola matanya yang berputar-putar. Speed kekuatan ditambah hingga batas maksimal. Deru getaran menjadi dahsyat, hingga ranjang besi pun ikut berdenyit parau. Pertahanan semakin melemah, matanya terbuka separuh dengan kelopak mengerjap menghalau semua pengaruh kekuatan pulas. Tubuhnya mulai bertransformasi dari tidur manis menjadi geliat lemah. "Sudah jam berapa?" dengusnya. Bunyi pertama yang menandakan pulihnya kesadaran. "Jam tujuh lewat 5 menit" , jawabku dengan penuh perasaan pura-pura. "Haaaahhh, wadduuuhhh, kok sudah siang, telaaat akuu", lengking keras Rafi memenuhi seantero kamar.
Ahaaa, kesadaran meroket seribu persen. Dengan sigap Rafi melompat dari ranjang besinya, berlari dan lenyap di balik pintu kamar mandi.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar