Rofik Awaludin

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Hujanku

Cuaca menggantung basah di matanya sebagai duka Yang dapat jatuh menetes dengan atau tanpa alasan Atau sebelum hujan

Gerimis berbisik tangisan yang dijatuhkan musim tak mampu dipahami sepasang mata, lalu hujan lupa pada pedihnya cinta.

Sudah kukatakan jangan berani kembali dengan sebuah ilusi dusta, aku lelah menyaksikan rautmu yang dilumuri janji.

Kusamarkan jatuhnya air mata seperti hujan, tertulis waktu mengharap kita abadi.

Cinta yang tersisa menjelma huruf melengkapi diksi, jemariku tabah menuliskan tentangmu.

Sekali waktu, ada setetes embun luruh Angin meliuk menangkap suara Kataya, aku boleh berlari. Menghampiri. Nyatanya, setetes embun saja tak pernah ia biarkan hanyut bersama derai.

Sekedar singgah ia jatuh atas nama rindu, hingga memelukmu sebagai hujan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Puisinya keren

20 Oct
Balas

Keren diksinya Pak. Salam literasi.

22 Jun
Balas



search

New Post