Rofitroh Awaliasih

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Secercah Optimis Membawaku Meraih Impian

Aku bukanlah siapa-siapa. Aku ini hanyalah anak desa yang memimpikan menjadi seorang guru. Tapi apakah mungkin aku bisa menjadi seorang guru?. Untuk menjadi seorang guru kan harus menempuh pendidikan di perguruan tinggi, dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. selain itu, persaingan untuk masuk ke perguruan tinggi negri cukup ketat. Apakah aku bisa?. Lagi-lagi pertanyaan itu muncul di benakku. Ditambah lagi aku yang kurang percaya diri dan cenderung pemalu, menambah keyakinanku dalam meraih impianku semakin menurun. Hingga aku duduk di sekolah menengah pun keyakinan itu tak kunjung datang. Apalagi saat itu bapakku sedang tidak ada tawaran pekerjaan. Hari demi hari hanya pesimis yang menemaniku.

Bayangan tingginya biaya pendidikan di perguruan tinggi, yang membuatku semakin akrab dengan pesimis, pesimis dan pesimis. Bagaimana mungkin orang tuaku bisa membiayaiku ke sekolah yang lebih tinggi dengan pekerjaan yang tak tentu. Brosur-brosur dari berbagai perguruan tinggi berdatangan. Dan yang pertama kali ku lihat adalah besarnya biaya, dan itu membuatku semakin ciut nyali meraih cita-cita. Sejenak kulupakan cita-citaku. Mungkin inilah jalanku, aku tidak ditakdirkan menjadi seorang guru.

Saat itu, ku kubur dalam-dalam keinginan melanjutkan sekolah keguruan. Saat aku sudah melupakan keinginanku melanjutkan sekolah, datanglah brosur dari akademi farmasi, yang menawarkan pendaftaran gratis dan biaya cukup terjangkau serta pendidikan hanya satu tahun. Meski melenceng dari impianku untuk menjadi seorang guru, tapi aku coba untuk mendaftar. Saat itu aku berfikir orang tuaku pasti mampu membayarnya. Ibuku mendukung dan mengantarku mengikuti seleksi, hingga aku dinyatakan lulus dan harus registrasi sebulan kemudian. Namun hati ini masih bimbang, karena hati kecilku masih menginginkan menjadi guru. Dan beberapa hari kemudian orang tuaku mendapat informasi dari tetangga, tentang pendaftaran di sekolah keguruan dengan biaya yang cukup terjangkau. Aku masih pesimis, meski biaya terjangkau tapi aku berfikir aku tidak mau memberatkan orang tuaku. Orang tuaku terus meyakinkanku pasti bisa jika aku yakin bisa. Akhirnya secercah optimis pun datang. Aku memutuskan untuk mengikuti serangkaian pendaftaran di Universitas Negeri Yogyakarta, hingga aku dinyatak lulus. Dan tidak melakukan registrasi di akademi farmasi yang pernah ku daftar. Aku lebih memilih sekolah keguruan. Alhamdulillah akhirnya kuraih impianku. Kini aku menjadi seorang guru, dan dipertemukan dengan jodohku yang juga seorang guru.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post