Hari KWU, Saatnya Bereksis Ria
Selasa ini adalah hari KWU terakhir bagi siswa kelas XII SMAN 1 Balen. SMAN 1 Balen termasuk sekolah kecil yang berada di tengah perkampungan penduduk di pinggiran kota Bojonegoro. Kondisi ekonomi orang tua yang umumnya relatif rendah menyebabkan peluang untuk melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi kecil. Siswa-siswa yang sudah lulus sebagian besar akan langsung memalingkan perhatian pada bidang kerja yang tidak jauh dari menjaga toko, pekerja pabrik, dan pekerjaan-pekerjaan yang tidak begitu membutuhkan kompetensi intelektual tinggi. Oleh karena itu sekolah membuat program-program praktis yang bisa diikuti para siswa.
Ada beberapa kegiatan yang diprogramkan sekolah sehingga diharapkan bisa menjadi bekal yang bisa dikembangkan setelah lulus sekolah. Salah satunya adalah memrogramkan hari KWU, kewirausahaan, setiap selasa. Setiap Selasa di jam istirahat, kelas-kelas akan menawarkan dagangannya di tempat parkir guru yang disulap jadi tempat bazar. Selasa ini giliran kelas XII setelah Selasa lalu kelas XI dan sebelumnya lagi kelas X.
Suasananya cukup ramai. Para siswa berkumpul di lokasi KWU, untuk belajar bertransaksi jual beli bagi kelas yang bertugas. Yang lain memilih dan memilah dagangan yang dirasa sesuai dengan minat maupun uang sakunya. Ada jajanan seperti donat, kue jari, lumpia, jamur krispi, keripik singkong, maupun batagor. Makanan berat juga ada yang memasarkan, seperti nasi pecel, nasi goreng dan nasi kuning. Minuman yang biasanya ada adalah es degan, es kopyor sintetis maupun es yang dibungkus plastik dengan harga seribuan. Anak-anak antusias mengikuti kegiatan ini. Karena selain mereka bisa belajar wirausaha dan mendapat tambahan kas kelas, juga sebagai sarana berkumpul bercanda ria ajang silaturahim dengan kakak kelas maupun adik kelas dalam suatu tempat dan momen yang sama. Bagi anak-anak, di hari KWU ini juga memungkinkan mereka bisa mengkonsumsi makanan yang lebih variatif dibanding makanan kantin yang menunya hampir tidak pernah berganti.
Salah satu kelas nampak dagangannya hanya sedikit yang dipasarkan. Saya mengomentari hal itu, “Kok Cuma sedikit dagangannya?” “Tadi pagi sebelum masuk sudah ditawarkan dari kelas ke kelas bu, juga saat berjalan menuju parkiran ini juga ditawar-tawarkan.” Ada juga kelas yang dagangannya belum habis saat istirahat berakhir. Saya menanyakan, “Kalau tidak habis bagaimana, rugi dong?” Mereka ,ramai ramai menjawab, “Nanti ditawarkan lagi pada istirahat ke dua.” “Kalau tidak habis lagi bagaimana?” “Biasanya habis bu, soalnya pada istirahat ke dua harganya diturunkan. Tapi buka lapak di depan kelas saja bu, kalau di parkiran sudah tidak ada yang membeli. Kalau di depan kelas kan tempat lewat yang berangkat maupun selesai duhur di musola.” Saya tersenyum, menyadari bahwa anak-anak sudah punya strategi dan solusi dari permasalahan yang dihadapi.
Sehari dua hari sebelum hari KWU, anak-anak sudah berkonsultasi dengan wali kelas masing-masing. Menyepakati apa yang akan dijual, siapa yang bertugas pengadaan, harus dimasak sendiri atau membeli dagangan jadi. Berapa harga yang pantas, modal dari mana dan sebagainya. Di awal kegiatan dulu, anak-anak banyak yang pinjam koperasi sekolah tanpa bunga maupun bagi laba karena memang untuk pembelajaran. Tapi belakangan jarang yang pinjam, mungkin karena uang kas kelas masing-masing sudah cukup untuk dijadikan modal. Anak-anak juga membuat rancangan baner digital yang diposting di grup facebook. Baner itu menginformasikan tentang makanan apa saja yang akan dipasarkan beserta harganya. Disitu juga ada adu kreasi pembuatan baner. Selain sebagai ajang promosi, baner ini juga merupakan praktek TIK yang karyanya bisa dinilai oleh guru TIK-nya. SMAN 1 Balen masih mengikuti kurikulum KTSP sehingga masih ada pelajaran TIK.
Mungkin, keuntungan yang diperoleh tiap kelas hanya berkisar duapuluh ribuan, bahkan mungkin ada yang rugi. Tapi bukan keuntungan tujuan utamanya, tapi pembelajarannya. Setelah kegiatan ada tugas membuat laporan sehingga mereka bisa membuat kajian, kenapa sampai rugi. Yang sudah untung juga mempunyai gambaran, peluang apalagi yang bisa diambil dan dikembangkan. Setiap pembelajaran butuh proses. Semoga dikemudian hari ini menjadi pembuka pintu sukses bagi mereka, karena kita tidak tahu pintu mana yang akan mengantarkan mereka pada kesuksesan. Tugas kita cuma membantu membuka peluang bagi mereka dan membimbing mengoptimalkan diri sesuai kondisi…..semoga!!!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tulisan bu KS ini luar biasa menggelora dan inspiratif. Semoga aku bisa mengikuti kehebatannya
Alaheeemmmm......
Sip Tenan. pembekalan life skil beneran. Semoga mental anak-anak sudah siap selepas lulus di dunia kerja
aamiin....semoga saja bisa begitu
Hebat bu.
terimakasih
Sudah saatnya sistem pendidikan kita mengajarkan anak2 setelah lulus bisa mandiri, punya ketrampilan yg bisa dipakai utk hidup... Jarene kang yoto
Kang Yoto memang taktis dan strategis
Kegiatan yg positip ya bu,,,sinergi dgn program kependudukan dan kb,,."smart genre"...menjadi generasi yg smart..adl generasi yg terencana.
aamiin....smg bisa bgt
Penerapan KWU di sekolah sejalan dengan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 tidak mengajarkan materi sebagai knowledge tetapi nengajarkan kehidupan. Karena mengajarkan kehidupan diperlukan pembelajar yang mandiri. Pembelajar mandiri perlu memiliki kreativitas dan ketrampilan berpikir kritis. Penerapan KWU akan melatihkan kreativitas sekaligus berpikir kritis. Sukses SMA Balen, sukses bu Rohani selaku Kepsek yg kreatif.
Aamiin...maturnuwun dukungannya pak Marjuki